Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Tugas mengamankan perbatasan langsung Indonesia-Malaysia diserahterimakan dari Batalyon Infanteri 621 Manuntung (Yonif 621/Mtg) kepada Batalyon 413 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Yonif 413 Kostrad), Minggu.

"Tugas mereka mencegah dan memberantas semua yang ilegal, seperti 'illegal logging' atau 'illegal mining'," tegas Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti pada acara serah terima yang berlangsung dalam upacara militer di Pelabuhan Semayang.

Yonif 621/Mtg telah bertugas selama setahun di perbatasan. Mereka berpatroli di sepanjang batas Indonesia-Malaysia mulai dari Pulau Sebatik, di pegunungan Muller hingga ke Krayan. Mereka mengamankan batas antara Indonesia dengan Sabah, Malaysia.

Di sisi barat, batalyon infanteri yang bermarkas di Kandangan, Kalimantan Selatan itu berjaga di sepanjang Kutai Barat dengan Sabah dan sebagian Sarawak.

Panjang perbatasan Indonesia-Malaysia pada bagian Kalimantan Timur adalah 1.038 kilometer. Pada jarak itu, yang hampir seluruhnya berada di punggungan pegunungan Muller yang berhutan lebat sehingga TNI harus membangun 79 pos pengamanan untuk mengawal kawasan itu.

Sebagian pos tersebut dekat dengan pemukiman penduduk, sebagian lagi terpencil namun strategis.

Ada pula pos yang "terkenal" di perbatasan, yakni pos-pos yang kerap didatangi para pejabat, baik para pejabat militer maupun pejabat sipil setaraf menteri adalah Pos Pamtas di Krayan, Nunukan, dan Pos Pamtas Bersama Indonesia-Malaysia, juga di Pulau Sebatik.

Pada Pos Pamtas Bersama itu kedua pihak baik TNI-AD maupun Tentera Darat Tentera Diraja Malaysia (TDM) membangun markasnya bersisian dan sering menggelar berbagai kegiatan bersama, termasuk patroli perbatasan bersama.

Bila pos di Krayan hanya bisa didatangi lewat udara, lebih kurang 40 menit dari Nunukan atau Tarakan, pos di Pulau Sebatik sudah bisa dicapai tak lebih 10 menit dengan helikopter.

Menurut Mayor Ashwari Jadi, Perwira Penerangan Kodam VI Mulawarman, tentara yang bertugas ke perbatasan di masa sekarang biasanya menyambut dengan gembira penugasan itu.

"Pemerintah menyediakan tunjangan yang besarnya 100 persen gaji, ditambah uang lauk pauk, dan lain-lain," kata Mayor Ashwari. Sebab itu, sepulang dari perbatasan, seorang tamtama bisa mengantongi uang hingga Rp30-40 juta.

"Apalagi kalau dia tidak merokok, semakin banyak yang bisa dihemat," ujar Ashwari.  (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012