Bontang  (ANTARA News Kaltim) - Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Bontang, drg WH Agustini M Kes, mengatakan, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) membutuhkan perlakuan khusus dalam intervensi sosial maupun saat awal penanganan medis.

"Mereka penyandang HIV/AIDS memiliki daya mempertahankan diri dan melindungi sesama komunitasnya cukup kuat," kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Bontang, drg WH Agustini M Kes, di Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu.

Menurut dia, perlakuan khusus bagi ODHA terjadi sejak awal kontak dengan mereka melalui program Voluntary Counseling Test (VCT) sebagai pintu masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV.

"Terkadang kami ditelepon mereka untuk pengambilan darah untuk sampel pemeriksaan dengan tanpa prosedur. Waktu itu saya ditelepon pagi-pagi dan saya langsung janjian ketemu yang secara darurat kami melakukan proses pengambilan darah untuk proses pemeriksaan lebih lanjut," ungkap Agustini.

Agustini lebih lanjut menyampaikan, sesuai peraturan kerahasiaan pasien, yang mengetahui persis ODHA adalah konselor melakukan terapi VCT yang kini dipersyaratkan lulus sertifikasi Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, informasi yang diperoleh ANTARA menyebutkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bontang tersbut kini mencapai 67 orang. Sedangkan data dari Kementerian Sosial RI menyebutkan hingga Desember 2010 temuan AIDS di seluruh Indonesia sebanyak 24.131 kasus dan HIV sebanyak 55.848 kasus.

Sebelumnya, dalam seminar sehari HIV/AIDS dengan tema "Selamatkan Keluarga dari Bahaya HIV/AIDS" yang digelar oleh Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Bontang beberapa waktu lalu, Dr dr Noor Bachri Noor MSc dari Universitas Hasanuddin yang bertindak sebagai narasumber mengatakan, HIV/AIDS terjadi karena penyimpangan perilaku seksual kepada lawan jenis yang bukan pasangan resmi (sembarang orang) yang tertular tanpa disadari.

"Bisa pula karena transfusi darah, transplantasi anggota tubuh, memakai suntikan bekas, semua produk darah (mimisan, luka, sekresi vagina) dan air susu ibu," kata Noor Bahri yang juga Ketua KPAD Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Noor Bahri juga mengingatkan HIV/AIDS tidak perlu ditutupi diagnosa guna intervensi penanganan bagi penyandang HIV/AIDS.

Ketika penyandang tidak ada komplikasi, katanya, maka penyandang HIV bisa bertahan 10-15 tahun dengan rutin konsumsi seumur hidup anti revro viral (ARV).

Ia menyebut, gejala mayor penyandang HIV/AIDs adalah berat badan merosot 10 persen, diare lebih dan demam terjadi secara kontinyu lebih dalam satu bulan. Sedangkan gejala minornya adalah batuk kering satu bulan, penyakit kulit gatal seluruh tubuh.

Noor Bahri memberikan tips agar terbebas dari penyakit mematikan itu, yakni hidup sehat bersama keluarga dengan menegakkan kehidupan beragama yang baik.

"Sisihkan waktu untuk makan bersama seluruh anggota keluarga, mempunyai komunikasi yang baik, saling harga-menghargai, masing-masing merasa terikat dan jika ada permasalahan diselesaikan dengan baik," ujar Noor Bahri. (*)

Pewarta: Suratmi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012