Bontang, (Antaranews Kaltim) - Pupuk Kaltim menggelar kegiatan Survey Safety Culture sebagai salah satu tekad kuat untuk terus berupaya meningkatkan penerapan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada karyawan.


Direktur Teknik dan Pengembangan Pupuk Kaltim Satriyo Nugroho saat  kegiatan Survey Safety Culture di Bontang mengatakan, kegiatan itu merupakan tindak lanjut program Safety Culture Pupuk Indonesia bagi seluruh anak perusahaan, khususnya untuk menilai tingkat budaya K3 di Pupuk Kaltim.

Hal itu sebagai acuan standarisasi kinerja aman menuju target Zero Lost Time Accident. Sehingga penerapan standarisasi K3 di lingkungan Pupuk Kaltim terus dilakukan melalui Survey Safety Culture yang diikuti karyawan Grade 1 hingga 5 dari seluruh unit kerja.

Kegiatan dihadiri Tim Champion Safety Culture Pupuk Indonesia Grup di Ruang Mahoni Kantor Pusat Pupuk Kaltim.

Menurut dia, melalui survey, penerapan budaya K3 di seluruh unit kerja dapat terus ditingkatkan serta diperbaiki, dalam mendukung kinerja serta performance perusahaan yang lebih baik.

Para karyawan diimbau menerapkan standar K3 di lingkungan kerja secara konsisten dan berperan aktif melaksanakan berbagai upaya terkait hal tersebut.

"Dengan survey, kita dapat melihat sejauh mana tingkat budaya K3 di Pupuk Kaltim, agar target Zero Lost Time Accident mampu tercapai dengan baik," kata Satriyo.

Dia mengapresiasi kinerja karyawan yang sejauh ini telah menerapkan budaya K3 di lingkungan perusahaan, sehingga Pupuk Kaltim berhasil membukukan 20.758.223 jam kerja aman tanpa kecelakaan hingga akhir Desember 2018.

Satriyo berharap capaian tersebut dapat ditingkatkan seluruh karyawan, sehingga mampu mendorong produktivitas perusahaan dengan terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.

"Jika budaya K3 terlaksana dengan baik, maka kasus kecelakaan dan penyakit akibat bekerja dapat ditekan, serta biaya yang timbul akibat kasus tersebut bisa dihindari," tambah Satriyo.
Suasana kegiatan Survey Safety Culture yang dihadiri Tim Champion Safety Culture Pupuk Indonesia Grup di Ruang Mahoni Kantor Pusat Pupuk Kaltim. (Antaranews Kaltim/Ist)

Pengukuran Safety Culture Pupuk Kaltim menggunakan kuesioner dengan 18 item pertanyaan terkait penerapan K3 yang selama ini berjalan. Dengan metode penilaian Scorecard, kuesioner wajib diisi seluruh karyawan, mulai Top Management, Middle Management, hingga pelaksana dan kontraktor.

Konsultan Health, Safety and Environment (HSE) Indonesia Bambang Murtjahjanto, yang hadir pada kesempatan itu menyampaikan, sebelum melaksanakan survey, wajib dilakukan pemetaan posisi budaya K3 perusahaan sesuai acuan yang berlaku.

Acuan budaya K3 yang saat ini diterapkan perusahaan dunia, merujuk kepada Sheel dan Dupont, dengan karakteristik masing-masing.

"Perbedaan keduanya terletak pada level budaya K3 yang diterapkan. Sheel memiliki 5 level budaya K3, sedangkan Dupont hanya 4 level," kata Bambang.

Level terbawah budaya K3 menurut Sheel bersifat patologi yakni bekerja tanpa ada standar dan perhitungan.

Seluruh pekerjaan hanya didasarkan pada common sense, tanpa ada usaha untuk memetakan apa yang akan dilakukan terhadap standar, sehingga pekerjaan memiliki risiko sangat tinggi.

Namun jika perusahaan mulai memiliki upaya perbaikan kondisi tersebut, dengan menerapkan standar meski belum mencapai target, maka budaya K3 naik pada level Reaktif, yakni menindaklanjuti saat sadar adanya penyimpangan.

"Dua budaya tersebut tidak sesuai dengan kaidah teknologi yang seharusnya," kata Bambang.

Akan tetapi jika perusahaan mampu memperbaiki standar dan berhasil naik pada tataran batas (limit), maka budaya K3 turut menanjak pada level Kalkulatif. Saat seluruh perbaikan level Kalkulatif berhasil melebihi standar, budaya K3 masuk pada tingkat Proaktif, yang seharusnya mulai dikejar hingga mencapai level Generatif.

"Level Genearif berupa penerapan standar yang saat ini dipakai, dibarengi berbagai upaya menumbuhkan standar baru di lingkungan kerja," katanya.
Suasana kegiatan Survey Safety Culture yang dihadiri Tim Champion Safety Culture Pupuk Indonesia Grup di Ruang Mahoni Kantor Pusat Pupuk Kaltim. (Antaranews Kaltim/Ist)

Sementara menurut Dupont, Patologi dan Reaktif digabung pada satu level. Agar Reaktif bergeser, maka perusahaan wajib melakukan perbaikan hingga mencapai level budaya Dependent, yakni pengawasan atau supervisi yang kuat sehingga mampu memastikan tidak ada penyimpangan dengan kondisi aman terlebih dulu.

Level selanjutnya menurut Dupont yakni budaya Independent, dimana karyawan yang mampu menerapkan serta memahami level Dependent dengan baik, mulai dilepas secara perlahan.

Saat karyawan mampu melakukan sharing dan lebih generatif dengan menimbulkan ide baru, maka budaya K3 perusahaan dapat dikategorikan pada level Inter Dependent (tertinggi).

"Untuk mencapai level budaya tersebut, perlu adanya Key Performance Indicator (KPI) sebagai target yang harus diperbaiki dengan memahami seluruh karakteristik yang ada. Upaya ini patut diterapkan secara baik dan konsisten di Pupuk Kaltim," pungkas Bambang.(*/vo/nav)

Pewarta: AHM

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019