Samarinda, (Antaranews Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur memproyeksikan pergerakan perekonomian di provinsi itu pada 2019 mengalami pertumbuhan antara 1,98 persen hingga 2,38 persen (yoy), lebih tinggi ketimbang perkiraan tahun 2018.


“Peningkatan ekonomi dipengaruhi oleh kinerja industri pengolahan yang diperkirakan lebih baik, sejalan dengan rencana investasi yang akan dilakukan oleh salah satu operator blok migas,” ujar Kepala BI KPw Provinsi Kaltim, Muhammad Nur di Samarinda.

Pengaruh lainnya adalah karena dibukanya penerbangan domestik di Bandar Udara APT Pranoto Samarinda, sehingga hal ini diperkirakan dapat mendorong peningkatan lapangan usaha tersier seperti perdagangan, akomodasi makan minum, dan transportasi menuju Bandara.

Sedangkan kondisi perekonomian Kalim pada 2018, lanjutnya, hingga triwulan III mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,78 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari pertumbuhan itu dapat dilihat dari nominal produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim di triwulan III 2018 yang tercatat sebesar Rp160,6 triliun.

Deselerasi ekonomi Kaltim di triwulan III disebabkan oleh perlambatan pada lapangan usaha industri pengolahan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, deselerasi bersumber dari perlambatan investasi di tengah peningkatan impor.

Menurut dia, penurunan kinerja industri pengolahan terjadi terutama dari industri gas yang bersumber dari turunnya pasokan gas mentah, akibat natural declining di blok penghasil gas utama, termasuk dari pemeliharaan di blok lainnya.

Di tengah perlambatan lapangan usaha industri pengolahan, kontraksi lapangan usaha pertambangan tercatat lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal itu dapat dilihat dari tren positif peningkatan harga batu bara, termasuk cuaca yang mendukung produksi sehingga kondisi ini menjadi dua faktor utama perbaikan kinerja lapangan usaha ini.

Sementara dari sisi pengeluaran, perlambatan investasi disebabkan oleh sedikit menurunnya aktivitas konstruksi, karena menunggu persetujuan peningkatan APBD-Perubahan 2018.

“Adapun pertumbuhan impor disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia, yakni pada September 2018 rata-rata harga minyak dunia mencapai 75,36 dolar AS per bbl,” ujar Nur.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019