Samarinda (ANTARA News Kaltim)- Setelah pembangunan Bandara Samarinda Baru (BSB) di Kalimantan Timur (Kaltim) terkatung-katung beberapa tahun karena berbagai hal, kini pengerjannya dilanjutkan dengan ditandainya peletakan batu pertama oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak.

"Pekerjaan sisi darat BSB dibagi dalam 3 paket dengan total pembiayaan senilai Rp696,3 miliar yang bersumber dari alokasi dana tahun jamak APBD Kaltim mulai 2011 hingga 2013," ucap Awang Faroek saat meletakkan batu pertama pembangunan sisi darat BSB di Sungai Siring, Samarinda, Rabu.

Dia melanjutkan, selama ini banyak pihak termasuk masyarakat mempertanyakan tentang kelanjutan pembangunan BSB yang lama tertunda, namun Pemprov Kaltim tetap berkomitmen untuk melanjutkannya, terbukti dengan telah dilakukan peletakan batu pertama tersebut.

Bandara yang terletak di Kecamatan Samarinda Utara itu, saat ini memiliki luas lahan mencapai 114 hektare, ke depan akan diperluas lagi, namun untuk perluasannya masih membutuhkan lahan mencapai 160 hektare.

Sesuai rencana awal pembangunannya, BSB akan memiliki panjang landasan pacu 2.100x45 meter dengan total kebutuhan dana mencapai Rp2  triliun.

Dalam peletakan batu pertama yang didampingi Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Keselamatan Perhububungan, M Suyitno tersebut, gubernur berharap agar keberadaan BSB mampu mempercepat perekonomian di Kaltim.

Pembangunan sisi darat paket I yang dimulai pekerjaannya tersebut, bernilai kontrak Rp310 miliar, sedangkan kontraktor pelaksananya adalah PT PP yang melakukan kerjasama operation (join) dengan PT. Luhribu dan PT. Tahta Aulia.

Mengenai permasalahan yang saat ini masih menganggu terkait belum tuntasnya pengakhiran kontrak dengan PT. NCR diyakini akan dapat diselesaikan, namun pekerjaan sisi darat bandara harus tetap dilakukan sesuai dengan proses yang dilalui.

Sementara proses sisi udara juga akan dilakukan sambil menunggu rampungnya permasalahan antara Pemkot Samarinda dengan PT. NCR.

Pembangunan BSB merupakan kebutuhan karena Samarinda merupakan ibukota provinsi, apalagi Bandara Temindung yang ada saat ini sudah sangat tidak layak karena beresiko terhadap keselamatan penerbangan.

Selain itu, Bandara Temindung juga tidak produktif karena tidak bisa didarati pesawat berbadan besar, apalagi kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk dikembangkan karena berada di pemukiman padat penduduk.(*)       

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011