Samarinda (Antaranews Kaltim) - Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur, menyatakan bahwa penghargaan yang ia terima dalam rangka HUT Pemprov Kaltim ke-62, bukan menjadi tujuan yang pihaknya inginkan.
"Cita-cita GMSS-SKM adalah agar warga Samarinda menjadi cerdas, tidak memperlakukan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan sungai tidak ditanggul, karena sungai merupakan bagian dari layanan ekosistem," ujar Misman di Samarinda,Rabu
Terkait dengan penghargaan yang ia terima dari Pemprov Kaltim karena konsistensinya dalam merawat SKM, salah satu anak Sungai Mahakam yang berhulu di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara namun sebagian besar alirannya di Samarinda, ia menyatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan salah satu pengakuan pemerintah terhadap gerakannya.
Meski demikian, lanjutnya, diakui pemerintah atau tidak, ia bersama beberapa warga yang peduli terhadap sungai akan terus berusaha menyadarkan masyarakat akan peran penting sebuah sungai bagi keberlangsungan ekosistem dan bagi kehidupan manusia.
Dalam usaha ini, lanjutnya, tentu dilakukan semampunya sehingga ke depan masyarakat benar-benar bisa memahami bahwa sungai memiliki multi fungsi, diantaranya sebagai filtrasi dari berbagai racun sehingga tumbuhan alami di riparian tidak boleh ditebas dan ditebang.
Fungsi lainnya adalah tanaman di ruang sungai sebagai hutan kota yang mampu menciptakan rasa teduh dan penghasil karbon, sehingga SKM menjadi salah satu solusi atas keberadaan ruang hijau di Samarinda yang masih minim.
Terkait dengan itu, lanjutnya, hingga saat ini pihaknya sudah menanam lebih dari 7.000 pohon khas sungai, bahkan hingga saat ini ia bersama sejumlah anggota GMSS-SKM dan beberapa warga yang peduli, terus melakukan penanaman pohon di jalur hijau kanan dan kiri SKM.
Lebih dari 7.000 pohon yang berhasil ditanam itu, lanjutnya, saat ini sebagian besar tingginya ada yang 3 meter. Kondisi inilah yang membuatnya bahagia karena kelak pohon-pohon tersebut akan menjadi hutan kota yang menyejukkan dan bisa menjadi kawasan ekowisata.
Penghijauan yang terus dilakukan itu merupakan salah satu bagian dari restorasi sungai yang pihaknya perjuangkan selama ini, mengembalikan fungsi sungai sebagaimana awal penciptaannya, diantaranya untuk sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lain, bukan sungai yang manfaatnya khusus manusia.
"Jika sungai bisa kembali seperti dulu, maka sebagian habitat awal akan kembali SKM karena di kawasan ini dulu banyak berbagai jenis burung, monyet, bekantan, bahkan orangutan. Mereka hilang karena ekosistemnya dirusak, maka untuk mengembalikan mereka dan mengembalikan sungai, berarti wajib restorasi," ucap Misman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
"Cita-cita GMSS-SKM adalah agar warga Samarinda menjadi cerdas, tidak memperlakukan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan sungai tidak ditanggul, karena sungai merupakan bagian dari layanan ekosistem," ujar Misman di Samarinda,Rabu
Terkait dengan penghargaan yang ia terima dari Pemprov Kaltim karena konsistensinya dalam merawat SKM, salah satu anak Sungai Mahakam yang berhulu di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara namun sebagian besar alirannya di Samarinda, ia menyatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan salah satu pengakuan pemerintah terhadap gerakannya.
Meski demikian, lanjutnya, diakui pemerintah atau tidak, ia bersama beberapa warga yang peduli terhadap sungai akan terus berusaha menyadarkan masyarakat akan peran penting sebuah sungai bagi keberlangsungan ekosistem dan bagi kehidupan manusia.
Dalam usaha ini, lanjutnya, tentu dilakukan semampunya sehingga ke depan masyarakat benar-benar bisa memahami bahwa sungai memiliki multi fungsi, diantaranya sebagai filtrasi dari berbagai racun sehingga tumbuhan alami di riparian tidak boleh ditebas dan ditebang.
Fungsi lainnya adalah tanaman di ruang sungai sebagai hutan kota yang mampu menciptakan rasa teduh dan penghasil karbon, sehingga SKM menjadi salah satu solusi atas keberadaan ruang hijau di Samarinda yang masih minim.
Terkait dengan itu, lanjutnya, hingga saat ini pihaknya sudah menanam lebih dari 7.000 pohon khas sungai, bahkan hingga saat ini ia bersama sejumlah anggota GMSS-SKM dan beberapa warga yang peduli, terus melakukan penanaman pohon di jalur hijau kanan dan kiri SKM.
Lebih dari 7.000 pohon yang berhasil ditanam itu, lanjutnya, saat ini sebagian besar tingginya ada yang 3 meter. Kondisi inilah yang membuatnya bahagia karena kelak pohon-pohon tersebut akan menjadi hutan kota yang menyejukkan dan bisa menjadi kawasan ekowisata.
Penghijauan yang terus dilakukan itu merupakan salah satu bagian dari restorasi sungai yang pihaknya perjuangkan selama ini, mengembalikan fungsi sungai sebagaimana awal penciptaannya, diantaranya untuk sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lain, bukan sungai yang manfaatnya khusus manusia.
"Jika sungai bisa kembali seperti dulu, maka sebagian habitat awal akan kembali SKM karena di kawasan ini dulu banyak berbagai jenis burung, monyet, bekantan, bahkan orangutan. Mereka hilang karena ekosistemnya dirusak, maka untuk mengembalikan mereka dan mengembalikan sungai, berarti wajib restorasi," ucap Misman.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019