Samarinda (Antaranews Kaltim) - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur memastikan bahwa kolam yang airnya berwarna hijau di Jalan Harun Nafsi Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang adalah lubang bekas tambang batu bara yang terisi air. 

Di kolam itu telah tewas anak perempuan berusia 11 tahun Nurul Huda Aulia pada Selasa (20/11). 

"Kami cek kualitas air di lokasi, juga TDS-nya," kata Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang, di Samarinda, Rabu. 

Pengecekan Jatam mendapati keasaman air adalah 2,76 atau sangat asam. Air dengan tingkat keasaman seperti itu lazim terjadi pada pembongkaran tanah yang menganndung batu bara. 

TDS atau Total Dissolved Solid atau benda padat yang terlarut dengan satuan part per million (ppm atau bagian per sejuta). TDS air kolam itu pada TDS meter mencapai 1.960 ppm.

"Artinya air kolam itu banyak mengandung logam berat," kata Rupang.

Logam berat itu adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), dan logam-logam lain seperti mangan (Mn), seng (Zn), aluminium (Al), arsen (Ar), dan besi (Fe).  Merkuri, timbal, dan arsen adalah logam pemicu kanker bila menumpuk di dalam tubuh manusia. 

Kemudian berdasarkan keterangan masyarakat bahwa pada tahun 2016 memang ada penambangan batu bara di lokasi itu.

Menurut Rupang, bentang alam yang ada sekarang adalah perubahan dari sebelumnya yang dapat dilihat dari bekas-bekasnya. 

"Kalau melihat kontur atau ketinggiannya, ini dulu bukit. Lalu dibongkar, digali, diambil batu baranya. Jadilah lubang itu," kata Rupang.

Apalagi kemudian tidak jauh dari kolam ditemukan lokasi bekas tumpukan batu bara.

"Jadi tidak termasuk konsesi tambang bukan berarti ini bukan tambang. Kami mempertanyakan profesionalisme kepolisian dalan penanganan kasus tewas Nurul Huda ini," ujarnya lagi.

Apalagi kemudian polisi menghentikan penyelidikan atas kasus tersebut. Tempat kejadian juga tidak diamankan, lazimnya dipasangi garis polisi, katanya lagi. 

Sebelumnya, polisi menyatakan bahwa kolam tersebut bagian dari bekas pekerjaan proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda. Setelah terisi air, petani di sekitarnya memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah dan kebun.

"Bukan lubang tambang, itu penampungan air yang digunakan oleh petani sekitar," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Samarinda Komisaris Polisi Sudarsono, Selasa (20/11). 

Nurul Huda Aulia (11), siswi kelas V SD, tewas tenggelam di danau tersembunyi, lebih kurang 1 km dari tepi Jalan Harun Nafsi, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, Selasa (20/11). 

Berdasarkan cerita kawan-kawannya, Nurul yang berdiri di tepi kolam terpeleset dan jatuh masuk kolam. Nurul tak bisa berenang dan upaya kawan-kawannya menolong gagal.

Sebelumnya, Selasa pagi yang merupakan hari libur memperingati Maulid Nabi itu, ingin dimanfaatkan Nurul dan kawan-kawannya untuk berolahraga bersama. 

Pada pukul 7 pagi, Nurul bersama Dini (13), Gina Fauziah (11), Rifaldi (11) , Sani (8), dan Fahrel (11) semula?ingin jogging hingga perempatan Samarinda Seberang-Loa Janan, namun karena dirasa terlalu jauh mereka mengubah rencana.

Entah siapa yang mencetuskan ide bahwa ada danau berair hijau di belakang kampung mereka, hanya lebih kurang 1 km dari jalan raya.  Anak-anak satu sekolah ini pun melakukan cross-country, melintasi jalan setapak, pematang sawah, melewati semak-semak, juga hutan kecil, bahkan sedikit memanjat tebing bukit.

Menurut Gina, perjalanan berlangsung menyenangkan, dan mereka pun berhasil sampai kolam itu.

Air yang kehijauan dan tenang tampak bagus untuk latar foto. Mereka pun berfoto-foto dengan menggunakan kamera ponsel. Setelah berfoto, para anak lelaki lalu terjun berenang dan bermain air.

Menurut Gina, Nurul sempat mengajak untuk ikut main air, tapi ditolak. Saat mereka mau pulang, Nurul mencuci kaki di pinggir kolam. Saat itulah ia terpeleset dan jatuh ke air dan tenggelam. 

"Kan kolam bekas tambang batu bara itu bukan seperti di pantai yang sedikit demi sedikit semakin ke tengah semakin dalam. Kolam tambang itu seperti huruf U begitu, langsung dalam. Kalau tidak bisa berenang, kecebur, tak sempat ditolong ya langsung tenggelam," kata Rupang. 

Nurul menjadi korban ke-32 yang tewas tenggelam di lubang tambang seperti itu yang banyak terdapat di Samarinda, Kutai Kartanegara, bahkan juga di Kutai Barat.(*)




 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018