Tanjung Redeb (ANTARA News Katim)  - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau. Kalimantan Timur, Agustinus, mengatakan, sejak wabah penyakit Difteri yang menewaskan 11 balita di Jawa Timur, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan di sekolah-sekolah setempat.

Kami sudah melakukan upaya itu secara bertahap, baik di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP melalui pemberian obat berbentuk sirup Eddytrumisin, sedangkan yang dewasa kami beri obat berbentuk tablet," ujar Agustinus di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur,  Senin, yang didampingi Kepala Bidang Penanganan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3L) Eko Siswadi.

Sementara Dinkes masih fokus di lingkungan sekolah, karena penyakit itu cenderung menyerang anak-anak. Bukan tidak mungkin penyakit itu datang ke Berau melalui penumpang pesawat dari Surabaya menuju Berau. 
   Selain itu, lanjut dia, sebelumnya ada salah satu warga Berau diduga terkena suspek Difteri, tetapi setelah dilakukan pengecekan melalui cara mengambil sampel darahnya, lalu dites di Dinkes Provinsi ternyata hasilnya negatif.

Dia mengatakan, penyakit yang mematikan itu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, termasuk dari Pemkab Berau melalui Dinkes. Karena itu, sejak kasus difteri ini mencuat, Dinkes langsung bereaksi melakukan antisipasi, sebelum penyakit yang menakutkan itu menyerang Kabupaten Berau.

Ia menambahkan, dapat dibayangkan dalam hitungan satu bulan saja di Jawa Timur ratusan balita harus dirawat inap di sejumlah rumah sakit, dan 11 balita di antara nya menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit karena daya tahan tubuhnya tak mampu memerangi penyakit tersebut.

"Bahkan kabar terakhir yang kami terima, penyakit ini sudah menyerang daerah Situbondo dan Probolinggo," kata Agustinus.

Dijelaskannya pula, penyakit itu menular melalui udara sehingga perkembangan penyakit ini dari waktu ke waktu terus berkembang pesat dan apabila penyakit ini sudah menyerang, dapat menyumbat aliran darah, dan menyumbat saluran pembuangan.

Kemudian, katanya, si penderita bisa mengalami sesak nafas, dan detak jantungnya bisa berhenti. Jadi kalau sudah parah kondisinya, balita yang bersangkutan bisa dipastikan tidak bertahan lama," ujar Eko Siswadi menambahkan.

Eko menyarankan kepada para ibu lebih rajin mengikuti imunisasi, sebab imunisasi itu bagian dari upaya pencegahan penyakit Difteri, sehingga jangan mengabaikan imunisasi, dan jangan segan-segan membawa anak ke posyandu," imbuhnya.(*)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011