Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mengkaji untuk memindahkan layanan penyeberangan Balikpapan-Penajam menggunakan alat transportasi klotok yaitu sejenis perahu kecil, dari Pelabuhan Kampung Baru ke Pelabuhan Somber di Balikpapan.

"Untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana yang kita punya untuk kemudahan dan kenyamanan masyarakat," kata Wakil Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas`ud di Balikpapan, Selasa.

Selain itu, menurut Wakil Wali Kota, bila Pelabuhan Ferry Kariangau terlampau sibuk, sebagian kapal ferry penyeberangan Balikpapan-Penajam dan sebaliknya juga dapat kembali menggunakan Pelabuhan Somber.

Menurut Wakil Wali Kota, setelah lama tidak digunakan Pelabuhan Somber hanya butuh beberapa pembenahan. Biayanya diperhitungkan lebih kurang Rp1 miliar.

Pelabuhan Somber ada di ujung Jalan Abdul Wahab Sjachranie, di kawasan Somber, Balikpapan Utara. Pelabuhan ini digunakan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry sebagai tempat sandar kapal ferry di Balikpapan untuk rute Balikpapan-Penajam antara tahun 1979-2004.

Pelabuhan itu berhenti digunakan karena sengketa lahan. Di pengadilan terbukti pelabuhan itu ternyata dibangun di atas tanah milik Daeng Toba dan baik ASDP maupun Pemkot Balikpapan harus membayar ganti rugi sewa lahan sebesar Rp22,5 miliar, uang sewa lahan tersebut selama 23 tahun.

Karena pembayaran juga makan waktu dan menunggu anggaran, sementara ASDP sudah memiliki Pelabuhan Kariangau yang siap dioperasikan, maka pelabuhan ferry pun pindah ke Kariangau. Pelabuhan Somber ditinggalkan dan perlahan kawasan itu menjadi sepi.

Kapal klotok di Balikpapan adalah kapal kayu bermesin diesel. Panjangnya lebih kurang 10 meter dengan lebar rata-rata 2,5-3 meter. Kapal ini alternatif sarana penyeberangan Teluk Balikpapan antara Balikpapan-Penajam.

Karena memulai perjalanan dari Pelabuhan Kampung Baru yang langsung di tepi laut dan memang lebih dekat, klotok menjadi lebih cepat daripada ferry ASDP dari Pelabuhan Kariangau. Bila naik ferry perlu waktu lebih kurang 1, bahkan bisa sampai 2 jam, dengan klotok rata-rata 30 menit. Klotok juga minta ongkos lebih murah dengan daya angkut lebih besar daripada speedboat.

Selain membawa penumpang, klotok juga bisa mengangkut kendaraan, yaitu sepeda motor. Karena Pelabuhan Kampung Baru tidak memiliki fasilitas untuk menaik-turunkan sepeda motor ke klotok, maka digunakan tenaga manusia. Satu motor diangkat oleh 3 orang dengan biaya Rp10.000 di luar harga tiket klotok yang Rp35.000 sekali jalan.

"Kalau Pelabuhan Somber kita hidupkan lagi, dampak ekonominya akan cukup signifikan," kata Wakil Wali Kota Rahmad Mas`ud. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017