Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kementerian Pertanian (Kementan) dalam tahun anggaran 2017 melakukan pengembangan komoditas bawang merah seluas 100 hektare di Provinsi Kalimantan Timur, demi untuk mencukupi kebutuhan lokal yang selama ini hanya terpenuhi 30 persen.

"Berdasarkan angka tetap tahun 2016, produksi bawang merah yang dihasilkan petani lokal sebanyak 263 ton. Jumlah ini hanya tercukupi sekitar 30 persen dari kebutuhan lokal," ujar Ibrahim, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim di Samarinda, Kamis.

Adanya bantuan dari pemerintah melalui Kementan tersebut tentu diharapkan dapat menambah produksi bawang merah, sehingga secara perlahan Kaltim akan mampu mewujudkan swasembada pangan sesuai target pemerintah pada 2020.

Pengembangan 100 ha bawang merah itu tersebar di lima kabupaten/kota di Provinsi Kaltim, yakni Kabupaten Paser seluas 20 ha, Penajam Paser Utara 20 ha, Berau 30 ha, Kutai Kartanegara 20 ha, dan Balikpapan 10 ha.

Lima daerah yang mendapat dana APBN 2017 untuk pengembangan bawang merah tersebut, rencananya akan dilakukan penanaman varian bawang merah tuk-tuk, sebuah jenis bawang merah yang produksinya lebih besar dan lebih bagus ketimbang bawang merah biasa.

Dalam waktu dekat jenis tuk-tuk tersebut akan disosialisaikan kepada petani di lima kabupaten/kota itu, sehingga mereka bisa memahami dan bersiap melakukan penananman jenis ini.

Dalam pengembangan bawang merah tuk-tuk, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan PT Ewindo Cap Panah Merah yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat.

Kerja sama yang dilakukan dalam bentuk penyediaan benih untuk disemaikan di UPTD Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Samarinda yang masih dalam payung DPTPH Kaltim, yakni untuk pemenuhi bibit bawang merah tuk-tuk sekaligus membantu budidayanya.

Jenis ini dinilai dapat meningkatkan produksi petani dan tahan terhadap segala cuaca, sehingga varian ini menjadi pilihan.

Apalagi selama ini bibit bawang merah masih didatangkan dari luar daerah sehingga sering terjadi penyusutan sekitrar 4 persen, sementara sisanya belum tentu bisa hidup semua saat ditanam.

"Dari budidaya bawang merah tuk-tuk kami berharap produksi petani minimal bisa memenuhi kebutuhan sendiri, mengingat selama ini pemenuhan kebutuhan bawang merah di Kaltim masih di datangkan dari luar daerah," ucap Ibrahim.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017