Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Pegiat lingkungan sungai menilai di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, banyak memiliki ahli mengenai sungai, bahkan banyak yang menyandang gelar profesor maupun doktor lingkungan, tapi anehnya justru semua sungai di Samarinda hancur dan tercemar.

 

       

"Pertanyaan saya, apa yang dilakukan para ahli itu, apakah hanya pintar melakukan penelitian dan membuat tesis?," ujar Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Sabtu.

 

      

Hal itu dikatakan Misman ketika menjadi pemateri dalam Sekolah Sungai Karang Mumus di Posko GMSS- SKM di Jalan Abdul Muthalib. Warga belajar dalam sekolah ini adalah belasan mahasiswa perikanan Universitas Mulawarman Samarinda.

 

       

Menurut Misman, akibat sungai yang dibiarkan rusak parah, maka dampaknya sangat banyak antara lain, kualitas air menurun sehingga tidak bisa dikonsumsi, ikan banyak mati, termasuk banjir yang saat ini dirasakan warga.

 

       

Ia menilai banyaknya ahli lingkungan di Samarinda tidak mampu mengubah lingkungan menjadi ramah, karena kebanyakan dari mereka hanya mampu berteori, tidak pernah praktik langsung bagaimana cara membuat sungai bersih.

 

       

"Sungai tidak butuh orang pintar, sungai tidak butuh ahli sungai, sungai tidak butuh profesor lingkungan. Sungai hanya butuh daerah alirannya tidak dirusak dan tidak dijadikan tempat sampah," katanya.

 

       

Ia melanjutkan, teori memang perlu tapi tidak penting. Penelitian memang perlu, tapi dari hasil penelitian itu jangan hanya menjadi tumpukan tesis yang tidak memiliki makna karena tidak diaplikasikan.

 

      

"Teori dan diskusi perlu untuk mengatur strategi, tapi setelah pertemuan harus berbuat riil untuk kebaikan sungai, misalnya bagaimana cara mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai, bagaimana caranya agar warga yang membuang sampah ke sungai bisa jera, dan tindakan lain yang dibutuhkan sungai," katanya.

 

       

Menurutnya, percuma sekolah tinggi sampai bergelar profesor bidang lingkungan atau mendapat sebutan ahli sungai, ahli air, atau ahli segala macam terkait lingkungan, namun lingkungan dan sungai di sekitarnya tetap tercemar dan dibiarkan terjarah.

 

       

"Tujuan sekolah itu adalah agar berhasil dalam kehidupan, kehidupan berhasil kalau lingkungan ramah. Diantara lingkungan itu, hal yang paling dominan adalah air, sementara 90 persen sumber air kita dari sungai, makanya sungai harus kita lindungi, tutur Misman. *

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017