Semarang (ANTARA News) - Kepala Badan Narkotika Nasional, Komisaris
Jenderal Polisi Budi Waseso menyebut Malaysia dan Singapura sebagai negara tempat transit
narkoba bagi bandar narkoba sebelum memasukkan barang terlarang itu ke Indonesia.
"Faktanya, narkotika dari berbagai negara yang akan masuk ke Indonesia singgah ke dua negara ini dulu," kata Waseso dalam pengarahannya dihadapan personel TNI dan polisi se-Jawa Tengah, di Markas Kodam IV/ Diponegoro, di Semarang, Selasa.
Ia mengungkapkan, setidaknya ada 11 negara yang memasok 60 jenis narkotika ke Indonesia. Pengungkapan upaya penyelundupan narkoba dari luar negeri sudah cukup sering terjadi, salah satunya dari China.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Faktanya, narkotika dari berbagai negara yang akan masuk ke Indonesia singgah ke dua negara ini dulu," kata Waseso dalam pengarahannya dihadapan personel TNI dan polisi se-Jawa Tengah, di Markas Kodam IV/ Diponegoro, di Semarang, Selasa.
Ia mengungkapkan, setidaknya ada 11 negara yang memasok 60 jenis narkotika ke Indonesia. Pengungkapan upaya penyelundupan narkoba dari luar negeri sudah cukup sering terjadi, salah satunya dari China.
Menurut
dia, ini juga menjadi tugas Balai Pengawasan Obat dan Makanan untuk
bekerja lebih keras. "BPOM sudah bekerja keras, BIN juga sudah
mendeteksi," katanya.
Khusus untuk wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta masuk dalam kategori rawan narkotika. "Pangsa pasar besar, khususnya Yogyakarta sebagai kota pelajar," katanya.
Menurut dia, para bandar narkotika memiliki visi untuk menghancurkan para pelajar dan mahasiswa. "Ini tentunya harus ditangani serius," kata dia.
Dia juga mengungkapkan kekesalannya terhadap polisi kedua negara itu. Akibatnya, ia mengaku enggan menjalin kerja sama penanggulangan narkotika dengan sejawatnya di Malaysia dan Singapura.
"Untuk apa kerja sama kalau tidak ada manfaatnya," katanya. Menurut dia, ada "kepentingan-kepentingan" tertentu dari negara-negara tetangga atas Indonesia yang bebas dari peredaran narkoba. (*)
Khusus untuk wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta masuk dalam kategori rawan narkotika. "Pangsa pasar besar, khususnya Yogyakarta sebagai kota pelajar," katanya.
Menurut dia, para bandar narkotika memiliki visi untuk menghancurkan para pelajar dan mahasiswa. "Ini tentunya harus ditangani serius," kata dia.
Dia juga mengungkapkan kekesalannya terhadap polisi kedua negara itu. Akibatnya, ia mengaku enggan menjalin kerja sama penanggulangan narkotika dengan sejawatnya di Malaysia dan Singapura.
"Untuk apa kerja sama kalau tidak ada manfaatnya," katanya. Menurut dia, ada "kepentingan-kepentingan" tertentu dari negara-negara tetangga atas Indonesia yang bebas dari peredaran narkoba. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017