Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kalimantan Timur terdapat sembilan proyek strategis nasional kini pembangunannya dilanjutkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3/2016, selain delapan proyek kawasan prioritas.

"Sembilan proyek strategis itu untuk mendukung proyek pada delapan kawasan prioritas, serta proyek strategis yang pengembangannya berdiri sendiri," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kaltim Zairin Zain di Samarinda, Minggu.

Sembilan proyek strategis itu, pertama jalan tol Balikpapan - Samarinda. Tol ini untuk mendukung sekaligus menghubungkan kawasan industri Karingau dan Bulumuning Balikpapan-Penajam.

Proyek strategis nasional kedua adalah pembangunan rel kereta api yang merupakan program pusat. Rel kereta api yang akan menghubungkan seluruh Kalimantan ini ditarget pada 2020 bisa operasional.

Saat ini, lanjutnya, masih dalam proses penyusunan Desain Engeneering Detail (DED) dan Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (Amdal) oleh Kementerian Perhubungan.

Rute awal yang dipersiapkan adalah dari Kabupaten Tanjung (Kalimantan Selatan) menuju Kabupaten Paser - Penajam Paser Utara - Balikpapan - Samarinda (Kalimantan Timur) dengan panjang 233,7 kilometer (km) dengan perkiraan biaya Rp38,95 miliar.

Rute berikutnya adalah untuk menghubungkan empat kabupaten/kota di Kaltim, yakni jalur Kutai Barat - Paser - Penajam - Balikpapan sepanjang 203 km dengan perkiraan biaya senilai Rp22,1 miliar.

Proyek strategis ketiga adalah pembangunan pelabuhan baru dan pengembangan kapasitas pelabuhan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan di Kabupaten Kutai Timur.

Keempat adalah pembangunan kilang minyak di Kota Bontang dengan nilai investasi mencapai 14,9 miliar dolar AS.

Kilang yang ditargetkan beroperasi pada 2024 itu akan memiliki kapasitas produksi 300 ribu barel per hari, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan minyak di kawasan timur Indonesia.

Proyek nasional kelima adalah pengembangan kilang minyak di Balikpapan, yakni untuk penambahan kapasitas produksi dari 260 ribu barel per hari, menjadi 360 ribu barel per hari dengan target operasional pada 2019.

Keenam adalah melanjutkan pembangunan Bendung Marangkayu. Bendungan yang ditargetkan beroperasi pada 2019 ini akan berfungsi sebagai penyedia air baku, pengendali banjir, dan irigasi pertanian.Dari 615 hektare lahan yang dibutuhkan, lanjut Zairin, lahan yang belum dibebaskan masih luas mencapai 544 ha sehingga yang sudah bebas dan yang sudah dibangun baru seluas 71 ha, sehingga dibutuhkan dukungan anggaran pemerintah pusat untuk pembebasannya.

"Sedangkan proyek strategis nasional di Kaltim ketujuh adalah pembangunan Bendung Teritip, kedelapan pengembangan kawasan industri Maloy, dan kesembilan pengembangan pertanian food estate," ujar Zairin. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017