Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Belasan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Mahameru Polnes Samarinda, Kalimantan Timur, membantu komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) membersihkan sungai sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.

 

 "Dibandingkan dulu ketika saya ikut membersihkan sungai. Kali ini sampahnya mulai kurang. Mungkin karena arus sungai tidak deras sehingga buangan warga dari hulu belum sampai ke hilir," ujar Koordinator aksi bersih-bersih SKM Dedy Juniansyah setelah merawat SKM bersama belasan anggotanya di Posko GMSS-SKM Samarinda, Sabtu.

 

       

Ia berharap aksi ini bisa menyentuh warga agar tidak membuang sampah ke sungai, karena sungai bukan tempat sampah, tetapi sungai tercipta sebagai sumber air bersih dan sumber perekonomian bagi masyarakat.

 

       

Ia juga merencanakan tiap dua minggu sekali membantu membersihkan SKM dari berbagai jenis sampah yang ada, sehingga gaung menjaga lingkungan semakin terdengar ke masyarakat luas yang pada akhirnya masyarakat sadar akan pentingnya sungai.

 

       

Ia juga merencanakan membersihkan irigasi atau parit dalam kaitan Hari Air Sedunia pada 22 Maret, karena sumbatan sampah di parit-parit juga akan menyebabkan banjir. Bahkan sampai yang dibuang warga ke parit juga secara perlahan akan masuk sungai.

 

       

Dalam aksi membersihkan parit pada Maret mendatang, ia akan bergabung dengan komunitas Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) yang sering membersihkan parit di Jalan Pramuka, Samarinda. 

  

Sementara Misman, Ketua GMSS-SKM Samarinda mengatakan, saat ini pihaknya bukan hanya konsentrasi memungut sampah di sungai, tetapi komunitasnya sudah mengembangkan pembersihan sampah di parit, penghijauan sungai, dan melakukan edukasi ke sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi.

 

      

"Sebenarnya kalau sungai mau bersih itu gampang. Terapkan dengan tegas Perda Samarinda Nomor 2 tahun 2011, tapi itu bukan wewenang kami. Urusan kami adalah sepanjang apa yang bisa kami lakukan seperti memungut sampah, menjaga jalur hijau semampunya, dan mencabut patok eks tiang rumah warga agar tidak menggangu arus sungai," kataMisman.

 

       

Untuk menjaga jalur hijau, lanjutnya, saat ini sedang dilakukan proses hibah tanah dekat sungai ukuran 15x40 meter yang siap disumbangkan oleh warga atas nama Syuraidah dan rencana warga lain yang juga akan membeli sebidang tanah untuk GMSS-SKM.

 

       

"Berangkat dari sebidang tanah ini diharapkan mampu mempertahankan jalur hijau di sekitarnya. Di lokasi itu kelak akan dibuat sentra penghijauan. Selain mempertahankan kondisi yang masih alami juga dilakukan penanaman pohon khas sungai," ujarnya. *

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017