Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia menilai inflasi yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur pada Januari 2017 sebesar 1,04 persen relatif masih terkendali dan sesuai dengan target inflasi nasional yang sebesar 4 persen plus minus 1 persen "years on years".

"Pencapaian ini merupakan hasil koordinasi kebijakan Pemerintah Daerah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) serta Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi," ucap Kepala BI Kantor Perwakilan Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Rabu.

Hal ini dilakukan karena pengendalian inflasi berfokus pada upaya menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, peningkatan kualitas infrastruktur, sarana logistik, dan menjaga ekspektasi inflasi.

Sedangkan capaian inflasi awal tahun 2017 yang sebesar itu, lanjutnya, lebih disebabkan faktor kenaikan "administered price" atau harga bergejolak.

Ia melanjutkan, inflasi Kaltim yang tercatat 1,04 persen ini tidak mengalami perubahan dari bulan lalu.

"Secara umum, inflasi Kaltim Januari 2017 masih sejalan dengan pola historikalnya," tambahnya.

Menurut Nur, capaian inflasi Kaltim pada awal 2017 juga masih sama dengan kondisi periode sebelumnya, yakni lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat 0,97 persen (mtm).

Berdasarkan kota pembentuknya, Samarinda mengalami inflasi 1,02 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 3,35 persen (yoy), sementara Balikpapan mengalami inflasi 1,08 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 5,48 persen (yoy).

Secara umum, BPS Kaltim menyebutkan penyebab utama inflasi pada kedua kota tersebut adalah kenaikan tarif listrik, pulsa ponsel, dan kenaikan biaya perpanjangan STNK.

Selain itu, kenaikan harga cabai rawit dan komoditas makanan seperti daging ayam ras juga menjadi salah satu penyebab tekanan inflasi di kedua kota tersebut.

Dilihat dari komponen pembentuknya, kelompok komoditas yang harganya ditetapkan pemerintah mengalami inflasi sebesar 1,84 persen (mtm) atau 8,21 persen (yoy).

Kemudian diikuti oleh kelompok volatile foods sebesar 1,10 persen (mtm) atau 3,10 persen (yoy) dan kelompok core (inti) yang mengalami inflasi 0,75 persen (mtm) atau 3,35 persen (yoy).

"Untuk inflasi pada kelompok administered price yang sebesar 1,84 persen (mtm), lebih disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan biaya perpanjangan STNK pada awal tahun 2017, termasuk ekspektasi kenaikan harga bensin akibat meningkatnya harga minyak dunia," ujarnya.

Sedangkan kenaikan harga cabai rawit dan daging ayam ras masih mendominasi dari sisi kelompok volatile food yang mengalami kenaikan sejak akhir tahun 2016. Selanjutnya, inflasi inti didominasi oleh kenaikan tarif pulsa ponsel dan kontrak rumah.

"Di sisi lain, penurunan harga tiket angkutan udara dan komoditas bahan makanan seperti bawang merah, ternyata mampu menahan laju inflasi di bulan Januari 2017," tutur M Nur. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017