Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Spiral 1.149 akseptor (peserta KB) di Provinsi Kalimantan Timur telah dicabut karena masa berlakunya telah habis, kemudian dipasang spiral baru untuk mencegah kehamilan.

"Pencabutan 1.149 piral atau `intrauterine device` (IUD) tersebut berdasarkan data periode Januari-November 2016. Jadi, kemungkinan masih bertambah karena kami masih menunggu data Desember," ujar Sudibyo, Kabid Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Provinsi Kaltim di Samarinda, Jumat.

Pencabutan IUD dilakukan di beberapa lokasi di kabupaten/kota di Kaltim, seperti di klinik kesehatan dilakukan pencabutan sebanyak 1.054 kali, di praktik dokter sebanyak 15 kali, dan pencabutan IUD di praktik bidan dilakukan sebanyak 80 kali.

Sedangkan rincian per kabupaten/kota yang melakukan pencabutan IUD adalah di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 76 kali, Kabupaten Berau sebanyak 89 kali, di Kabupaten Penajam Paser Utara dilakukan pencabutan sebanyak 54 kali.

Selanjutnya di Kabupaten Paser dilakukan 85 kali pencabutan, di Kota Balikpapan 298 kali, di Kota Samarinda 281 kali, Kabupaten Kutai Timur 134 kali, di Kota Bontang 163 kali, di Kabupaten Kutai Barat sembilan kali, dan di Kabupaten Mahakam Ulu belum ada laporan karena belum ada petugas pelaporan KB.

Menurutnya, cara kerja IUD dalam mencegah kehamilan adalah membunuh sperma yang masuk ke rahim, menghalangi mobilitas sperma ke rahim, mengentalkan lendir mulut rahim untuk menghalangi sperma masuk, mencegah pembuahan sel telur oleh sperma, dan jika terjadi pembuahan, maka IUD mencegah perlekatan janin ke dinding rahim.

Ia menjelaskan, keuntungan menggunakan IUD antara lain tingkat efektivitas mencapai 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita yang menggunakannya, atau dengan kata lain 1 kegagalan pada 125-170 pengguna.

Alta kontrasepsi ini langsung efektif begitu terpasang di rahim, pemakai juga hanya perlu melakukan pengecekan satu tahun sekali ke petugas yang memasang IUD, tidak menimbulkan efek samping hormonal seperti pada alat kontrasepsi hormonal yang lain, sehingga dianjurkan untuk ibu menyusui karena tidak mempengaruhi volume dan kualitas ASI.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017