Samarinda (ANTARA Kaltim) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, KH Zaini Naim meminta pemuka agama di daerah itu memberikan komentar yang menyejukkan sehingga iklim kondusif di daerah itu tetap terjaga, pasca terjadinya ledakan bom di Gereja Oikumene.

"Terkait ledakan bom di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek, saya minta seluruh tokoh agama, agar memberikan komentar yang menyejukkan dan tidak memberikan pendapat yang tidak ia ketahui," ujar Zaini Naim, Kamis.

Ia menyatakan, bom di Gereja Oikumene merupakan perbuatan kriminal. "Semua agama melarang umatnya melakukan perusakan tempat ibadah, apalagi sampai membunuh orang, termasuk Islam. Jadi, saya meminta agar kasus bom di Gereja Oikumenen itu tidak dikaitkan dengan agama sebab itu murni kriminal," jelas Zaini Naim.

MUI lanjut Zaini Naim meminta polisi mengusut dan menindak tegas pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene tersebut.

"MUI mengecam pengeboman di Gereja Oikumene dan meminta polisi mengusut dan menangkap siapapun yang terlibat dalam tindakan tersebut," tegas Zaini Naim yang juga sebagai Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Samarinda.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan dan terus membangun toleransi baik antarumat seagama maupun antar umat beragama.

Zaini Naim juga menyatakan, semestinya jika polisi mengetahui adanya narapidana atau orang yang dianggap dapat melakukan tindakan terkait kasus terorisme, melibatkan pemuka agama untuk memberikan pemahaman sehingga minimal bisa mencegah tindakan yang dinilai melenceng dari ajaran agama tersebut.

Menurutnya, pemahaman jihad dengan melakukan tindakan merusak apalagi membunuh orang yang tidak berdosa, merupakan pemahaman keliru.

Ia menyebut, jihad berasal dari kata "Jahada" yang memiliki arti bersungguh sungguh.

"Jadi, melaksanakan shalat, bekerja dan bersedekah yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh, itulah yang dimaksud jihad, bukan memerangi orang tidak berdosa dan merusak apalagi membunuh," jelas Zaini Naim.

Sehari setelah terjadinya ledakan bom di Gereja Oikumene yakni pada 14 November 2016 FKUB Kota Samarinda bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) menandatangani surat pernyataan sikap yang berisi, mengecam dan menyampaikan keprihatinan atas ledakam bom tersebut.

Pernyataan sikap yang ditandatangani Ketua FKUB Zaini Naim, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Agus Sutopo, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Rudyanto Sulisthio, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Samarinda Masdar Amin, Kapolresta Samarinda Komisaris Besar Polisi Setyo Budi dan Komandan Kodim 0901 Samarinda Mayor CZI Gathut AS serta Wali Kota Syaharie Jaang, juga menyerukan kepada masyarakat di daerah itu agar tetap tenang serta tetap meningkatkan kewaspadaan.

Para tokoh masyarakat di Kota Samarinda menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban pada peristiwa itu serta meminta TNI, Polri dan BIN, memaksimalkan kerja aparatur di bawah sehingga setiap warga dapat terdata dan terawasi dengan baik dan mengambil tindakan jika menemukan hal-hal yang mencurigakan.

Ledakan bom terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10. 15 Wita, menyebabkan lima orang terluka, empat diantaranya menderita luka bakar serius dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis Samarinda Seberang.

Empat korban terluka yang dirawat di RSUD IA Moes yang merupakan balita tersebut yakni, Intan Olivia Marbon (2,5), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3) serta Anita Kristabel Sihotang (2).

Sementara, terduga bernama Juhanda berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam.

Pada Senin pagi, Intan Olivia Marbun meninggal dunia akibat mengalami luka bakar hingga 78 persen.      (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016