Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia (BI) menilai perkembangan harga berbagai barang kebutuhan pokok dan jasa di Provinsi Kalimantan Timur selama ini cenderung stabil yang dibuktikan pada September mengalami deflasi 0,02 persen (mtm) atau inflasi 3,69 persen (yoy).

"Dari catatan ini, berarti menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,12 persen (mtm) atau 3,62 persen (yoy)," ucap Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Selasa.

Menurutnya, inflasi yang terjadi pada September mengikuti pola historis inflasi Kaltim. Sementara itu, tingkat inflasi Kaltim berada di bawah nasional yang mengalami inflasi 0.22 persen (mtm) atau 3,07 persen (yoy).

Secara tahunan (yoy) tingkat inflasi Kaltim secara bulan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi bulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,42 persen (yoy). Ini berarti pergerakan harga-harga di Kaltim secara umum cenderung stabil pada September 2016.

Dilihat dari pembentuk inflasi Kaltim, kelompok core (inti) mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) atau 3,54 persen (yoy), disusul oleh kelompok administered price sebesar 0,00 persen (mtm) atau 5,47 persen (yoy), sedangkan kelompok volatile foods berdeflasi minus 1,02 persen (mtm) atau 2,42 persen (yoy).

"Secara umum, inflasi dari ketiga kelompok komoditas tersebut mereda dibandingkan dengan Agustus 2016," ucap Harry.

Secara garis besar, beberapa komoditas kelompok inti menjadi pendorong inflasi pada bulan ini, yaitu tarif pulsa ponsel dan sekolah dasar yang disebabkan karena perubahan rata-rata tarif panggilan dan SMS. Kemudian masuknya tahun ajaran baru khususnya pada perguruan tinggi.

Sebaliknya, beberapa komoditas bahan makan mengalami penurunan harga seperti kacang panjang, cabai rawit, tongkol, gula pasir, dan buncis akibat pasokan yang meningkat, sementara permintaan tidak bertambah.

Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan adalah daging ayam ras akibat peningkatan permintaan menjelang hari raya Idul Adha.

"Pada kelompok administered price yang memberikan inflasi ialah tarif listrik dan rokok kretek, disebabkan oleh kenaikan tarif listrik prabayar serta wacana kenaikan harga rokok yang mempengaruhi spekulasi konsumen," ujar Harry.(*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016