Samarinda (ANTARA Kaltim) - Jumlah rumah tangga petani pada 2003 sekitar 202 ribu dan tahun 2013 turun menjadi 180 ribu rumah tangga petani atau turun sekitar 11,01 persen.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan H Ibrahim, penurunan rumah tangga petani pasti terjadi karena banyak kegiatan usaha lain yang dianggap lebih menjanjikan. Juga, masih rendahnya atau kurangnya minat generasi muda menggeluti usaha pertanian.

“Sistem mekanisasi dalam pengelolaan kegiatan pertanian merupakan upaya kita mengatasi buruh tani yang terus berkurang,” katanya.

Sistem mekanisasi lanjutnya, merupakan tenaga mesin atau pengelolaan menggunakan alat mesin pertanian (alsintan) menggantikan tenaga manusia.

Dia menyebutkan hingga 2016, alsintan yang disebar ke daerah-daerah melalui dana APBN plus APBD provinsi terdiri handtractor 4.900 unit, rice transplanter (mesin penanam bibit padi) 1.000 unit dan power threaser (mesin perontok padi) sekitar 3.000 unit.

Selain itu, terdapat 10  unit rice milling unit (RMU/mesin penggiling padi) yang mampu memproduksi beras berkualitas.

“Ketersediaan alsintan selain mengatasi kekurangan buruh tani, juga, sebagai upaya mewujudkan Kaltim menuju pertanian modern berbasis mekanisasi,” jelas Ibrahim.

Diungkapkan, penggunaan rice transplanter mampu menanam bibit dalam waktu singkat atau satu hektar hanya memakan waktu tiga atau empat jam yang biasanya memerlukan waktu dua bahkan tiga hari tanam.

Demikian pula mesin panen padi (combine harvester) yang mampu memanen padi seluas satu hektar hanya dalam waktu tiga jam. Padahal panen dengan cara manual memerlukan waktu hingga dua hari.

“Jadi penggunaan alsintan selain efektif (hemat waktu) juga efesien (hemat biaya) juga mampu meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi,” ungkap Ibrahim. (Humas Prov kaltim/yans)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016