Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sejumlah kebutuhan pokok di Provinsi Kalimantan Timur pada Agustus 2016 mengalami inflasi atau kenaikan harga sebesar 0,14 persen, sehingga angka ini lebih rendah ketimbang inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,56 persen.

"Adanya kenaikan harga sepanjang Agustus 2016, berarti terjadi perubahan indeks harga konsumen (IHK) dari 128,37 pada bulan Juli, menjadi 128,55 pada Agustus," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur M Habibullah di Samarinda, Kamis.

Menurutnya, IHK merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga, baik yang hasilnya inflasi maupun deflasi di tingkat konsumen.

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan adanya pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh setiap rumah tangga.

Inflasi pada Agustus terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok pengeluaran, yakni yang tertinggi adalah kelompok kesehatan dengan laju inflasi 1,05 persen, disusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami inflasi 0,47 persen.

Kemudian kelompok perumahan berinflasi 0,28 persen, kelompok sandang berinflasi 0,24 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi 0,14 persen.

Sementara itu, terdapat dua kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi), yakni kelompok transportasi dan komunikasi yang berdeflasi minus 0,29 persen, kemudian kelompok bahan makanan mengalami deflasi minus 0,18 persen.

Jika inflasi pada Agustus di Kaltim dirinci menurut dua kota yang ditetapkan sebagai patokan pembentuk IHK, lanjutnya, maka Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,39 persen dengan IHK 127,74, sedangkan Kota Balikpapan mengalami deflasi minus 0,18 persen dengan IHK 129,61.

Ini berarti hingga Agustus 2016 untuk inflasi tahun kalender di Samarinda sebesar 1,96 persen, sedangkan di Balikpapan terjadi inflasi tahun kalender sebesar 2,57 persen.

"Kelompok pengeluaran yang memiliki andil dominan terhadap inflasi di Kaltim adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil 0,09 persen. Diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil 0,07 persen," katanya. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016