Penajam, (ANTARA Kaltim) - Desa Babulu Darat di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tiap tahun rata-rata memperoleh Pendapatan Asli Desa (PADes) sekitar Rp40 juta sehingga bisa menambah dukungan pengembangan lingkungan.

   

"PADes yang sekitar Rp40 juta itu didapatkan dari sewa hand traktor, simpan pinjam, dan pajak pasar desa. Pengelolaannya kami serahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)," ujar Kepala Desa Babulu Darat Abdul Zais di Penajam Paser Utara.

   

Untuk total Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Babulu Darat pada 2016 mencapai Rp4,8 miliar, yakni diperoleh dari Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Penajam Paser Utara senilai Rp2,3 miliar, dari Dana Desa (DD) APBN Rp782 juta, dan sisanya merupakan bantuan keuangan dari Provinsi Kaltim serta hasil dari BUMDes.

   

Meskipun APBDes Babulu Darat lumayan besar, namun ia mengaku belum mampu memenuhi permintaan pembangunan bagi semua warganya, karena jumlah penduduknya cukup banyak sekitar 10.000 jiwa yang tersebar di 32 RT dan empat dusun.

   

Dalam musyawarah untuk menentukan rencana pembangunan baik yang dananya dari ADD atau DD, lanjutnya, sering agak seret karena empat dusun dan 32 RT yang ada semuanya mengusulkan rencana pembangunan dan masing-masing mengklaim usulannya harus direalisasikan.

   

Keadaan keuangan desa yang ada tentu tidak sanggup merealisasikan semua permintaan warga, sehingga pihaknya harus memutuskan berdasarkan pemeringakatan maupun berdasarkan skala prioritas yang harus lebih dulu dipenuhi.

   

Hal yang menjadi prioritas penggunaan ADD dan DD saat ini adalah membuat sumur bor sebagai sumber air bersih bagi warga, karena di Babulu Darat masih kesulitan air bersih.

   

Pihaknya sudah membuat 20 titik sumur bor yang dananya diambilkan dari ADD, sedangkan untuk pemanfaatan DD dalam dua tahun ini masih difokuskan untuk infrastruktur jalan dan jembatan demi mempermudah akses warga baik ke lingkungan satu dengan lingkungan lain, maupun sebagai akses ke lokasi pertanian dalam arti luas.

   

Disinggung soal potensi pertanian, ia mengatakan pada 2014-2015 sawah milik warga 90 persen gagal panen karena sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sementara di tahun tersebut merupakan kemarau panjang sehingga pertanian masyarakat setempat kekurangan air.

   

"Sawah kami masih merupakan sawah tadah hujan. Kalau didukung dengan irigasi yang baik, saya yakin hasil panen warga juga bagus. Saya juga bersyukur karena mendengar khabar saat ini pemerintah membangun irigasi yang airnya diambilkan dari Sungai Telake dari kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Paser," kata Zais. *

Pewarta: Muhammad Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016