Paser, (ANTARA Kaltim) - Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Desa Suatang di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, mampu mengubah sampah menjadi barang berharga seperti tas, kap lampu, keranjang, hiasan rumah, dan berbagai jenis souvenir.


"Pengurus PKK bersama kader dan para ibu desa di sini selalu kompak, makanya banyak sampah yang kami kumpulkan di Bank Sampah dan kemudian dioleh menjadi berbagai barang yang memiliki nilai jual tinggi," ujar Ketua TP PKK Desa Suatang Milianti Nayla di Paser, Senin.

   

Hasil kerajian tangan dari Bank Sampah Semoga Barokah Suatang, lanjutnya, paling murah dijual dengan harga Rp20 ribu seperti tas jinjing untuk belanja, sedangkan keranjang anyam dijual dengan harga Rp100 ribu ke atas, tergantung pada tingkat kesulitan pembuatannya.

   

Semua perkakas rumah tangga, tas, dan aneka souvenir yang dihasilkan tersebut terbuat dari sampah plastik yang masih bisa diolah, sedangkan sampah plastik yang tidak bisa diolah, sebagian dijual per kilo maupun dicacah lembut sebagai bahan baku isi bantal maupun isi boneka.   

   

Melalui Bank Sampah yang didirikan, lanjut Milianti, Desa Suatang nyaris tidak ada sampah yang berserakan karena warga baik anak-anak-anak hingga yang dewasa menyadari bahwa sampah plastik tersebut bisa diubah menjadi uang, yakni dikumpulkan dan dijual ke Bank Sampah Semoga Barokah yang didirikan PKK Suatang.

   

Ia mengaku kegiatan PKK Suatang tidak hanya fokus pada pembuatan kerajinan melalui bank sampah, tetapi berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan pembinaan keluarga terus dilakukan, seperti mengenai pendidikan, kesehatan, kebersihan, maupun pembinaan mental keluarga.

   

"Masing-masing kelompok kerja (pokja) membuat program yang kemudian dikerjakan bersama, baik pokja yang menangani lingkungan, pendidikan, kesehatan, maupun pokja lain. Kegiatan PKK ini anggarannya dari desa, jadi kita kembalikan lagi untuk memajukan desa," katanya.

   

Ia berharap Bank Sampah Semoga Barokah kelak bisa mempunyai mesin pencacah sampah yang tidak bisa dibuat kerajinan tangan, karena selama ini proses pencacahan masih dilakukan manual menggunakan pisau sehingga hasilnya cukup lama.

   

"Kami juga berharap ke depan ada pelatihan membuat boneka yang bagus, kemudian isi boneka tersebut berasal dari cacahan sampah plastik, sehingga kami bisa memproduksi banyak dan bisa menjual ke luar desa. Kalau peminatnya banyak bisa juga dijual ke luar daerah," ujar Milianti penuh harap. (*)

Pewarta: Muhammad Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016