Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay
mengatakan kekerasan seksual terhadap anak sudah semakin memprihatinkan
dan sudah dapat dikategorikan sebagai situasi darurat sehingga perlu
penanganan khusus dan tindakan cepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Desakan
masyarakat agar pemerintah dan DPR melakukan revisi peraturan
perundangan terkait kekerasan seksual pada anak perlu segera
ditindaklanjuti," kata Saleh melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis.
Saleh
mengaku prihatin disaat kisah sedih dan pilu Yy dari Rejang Lebong
masih diperbincangkan masyarakat, muncul lagi kasus pemerkosaan disertai
pembunuhan anai usia 2,5 tahun di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat.
Karena itu, Saleh mendesak pemerintah segera mengambil langkah-langkah cepat yang diperlukan. Selain agenda revisi aturan hukum, pemerintah juga diharapkan dapat menggunakan seluruh kekuatan yang ada dalam membangun suatu gerakan nasional siaga kekerasan seksual pada anak.
Saleh menilai seluruh elemen masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya tersebut. Ketahanan paling kokoh untuk mencegah kejadian serupa terulang adalah keluarga dan masyarakat sekitar.
"Perlu ada kesadaran kolektif akan bahaya kekerasan seksual pada anak seperti ini. Dari sisi dampaknya, kekerasan seksual tidak kalah berbahayanya dibandingkan narkoba. Apalagi, sasarannya adalah anak balita dan bawah umur," tuturnya. (*)
Karena itu, Saleh mendesak pemerintah segera mengambil langkah-langkah cepat yang diperlukan. Selain agenda revisi aturan hukum, pemerintah juga diharapkan dapat menggunakan seluruh kekuatan yang ada dalam membangun suatu gerakan nasional siaga kekerasan seksual pada anak.
Saleh menilai seluruh elemen masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya tersebut. Ketahanan paling kokoh untuk mencegah kejadian serupa terulang adalah keluarga dan masyarakat sekitar.
"Perlu ada kesadaran kolektif akan bahaya kekerasan seksual pada anak seperti ini. Dari sisi dampaknya, kekerasan seksual tidak kalah berbahayanya dibandingkan narkoba. Apalagi, sasarannya adalah anak balita dan bawah umur," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016