Samarinda (ANTARA Kaltim) - Organisasi nasional yang peduli terhadap keberadaan satwa endemik orangutan, Centre For Orangutan Protection atau COP, menyatakan Orangutan Kalimantan (pongo pygmeaus morio) yang ditemukan mati mengapung di Sungai Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur, akibat dibunuh.

"Dari hasil otopsi tersebut, tidak ditemukan adanya air di dalam paru-paru sehingga disimpulkan bahwa orangutan yang ditemukan mati mengapung di Sungai Sangatta itu bukan mati akibat tenggelam," ujar Direktur COP, Ramadhani, dihubungi dari Samarinda, Selasa.

Namun, ia juga mengaku tidak bisa memastikan apakah orangutan yang ditemukan mati mengapung di Sungai Sangatta itu akibat perkelahian antarsesama orangutan atau ada dua campur tangan manusia.

"Hasil otopsi menunjukkan, ada luka memar serta luka terbuka. Bisa saja, luka seperti itu disebabkan akibat perkelahian sesama orangutan. Luka terbuka bisa saja akibat cakaran. Tapi, kemungkinan campur tangan manusia atau perkelahian dengan manusia juga bisa menjadi penyebab kematian orangutan itu," tutur Ramadhani.

Ia menyatakan, luka memar maupun terbuka yang terdapat pada tubuh orangutan tersebut juga tidak bisa dipastikan akibat benda tumpul ataupun sayatan benda tajam sebab bagian kulit orangutan tersebut sudah rusak akibat terlalu lama terendam di air.

Sementara, hasil otopsi yang telah dilakukan dokter hewan dari COP lanjut Ramadhani, pada Selasa pagi telah diserahkan ke Polres Kutai Timur.

"Tadi pagi, hasil otopsi tersebut sudah kami serahkan ke kepolisian dan semoga itu dapat menjadi langkah awal proses penyelidikan terkait orangutan mati tersebut," ujarnya.

Pihaknya juga akan mencoba melakukan penelusuran di aliran sungai, untuk mencari tahu apakah di sepanjang aliran Sungai Sangatta ada potensi konflik antara orangutan dengan manusia atau kemungkinan lainnya.

COP tambah dia, mengimbau masyarakat, khususnya yang berada di sekitar aliran Sungai Sangatta jika memiliki informasi terkait penyebab orangutan tersebut mati atau kemungkinan sebelumnya mengetahui ada konflik dengan warga.

"Kami berharap, semisal ada warga yang mengetahui informasi terkait orangutan yang ditemukan mati tersebut agar menyampaikan ke pihak kepolisian termasuk jika memiliki informasi kemungkinan adanya konflik orangutan dengan masyarakat dan perkebunan kelapa sawit," harap Ramadhani.

Sebelumnya, pada Senin malam (2/5) COP menyampaikan hasil nekropsi atau pembedahan terhadap orangutan mati yang ditemukan mengapung di Sungai Sangatta tersebut.

"Setelah dilakukan nekropsi atau pembedahan sejak Senin pagi hingga siang, kami simpulkan bahwa bangkai yang ditemukan di Sungai Sangatta pada Minggu (1/5) siang adalah satwa orangutan, berkelamin jantan dan diperkiraan berumur 25 tahun dengan bobot 60 sampai 80 kilogram," ujar dokter hewan dari COP, Ade Fitria Alfiani.

"Ada beberapa lebam di bagian tubuh orangutan tersebut, yakni pada bagian pipi lebar 3 cm, punggung bagian kiri 15 cm, betis bagian kiri, bahu sebelah kanan, dan dada bagian depan," katanya.

Pembedahan tersebut berlangsung di RSUD Sangatta dengan melibatkan Polres Kutai Timur dan Balai Taman Nasional Kutai.

"Pembedahan tersebut atas permintaan dari kepolisian untuk bahan awal dilakukan penyidikan jika ditemukan adanya indikasi kematian oleh sebab manusia," jelas Ade Fitria.

Selain menemukan empat titik luka lebam dari hasil pembedahan juga ditemukan empat luka terbuka, yakni pada lengan kanan bagian atas, punggung tangan kiri, bagian telapak kaki, serta bagian ibu jari dengan diameter 1 centimeter.

Hasil pembedahan terhadap orangutan juga ditemukan adanya luka sayatan pada betis kanan, dada samping kiri dan lengan kiri sepanjang 15 sentimeter dengan dalam 1 centimeter, serta juga terdapat luka bakar pada lengan kanan bagian bawah dengan panjang 20 centimeter dan lebar 5 centimeter.

Kepala Satuan Reskrim Polres Kutai Timur AKP Andika Darma Sena menyatakan orangutan mati itu ditemukan warga terapung di Sungai Sangatta pada Minggu (1/5) sekitar pukul 11.00 Wita.

Awalnya, warga menduga bangkai tersebut adalah sesosok mayat manusia yang mengapung di sungai.

"Setelah kami datang ke lokasi, ternyata benda yang awalnya disangka mayat orang tersebut ternyata bangkai orangutan yang sempat terseret arus, sehingga kami terpaksa harus melokalisasi agar tidak terbawa arus lebih jauh. Setelah berkoordinasi dengan COP, bangkai tersebut kami evakuasi ke kamar mayat RSUD Sangatta," kata Andika. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016