Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia
Din Syamsuddin mengatakan lembaga pendidikan Islam pondok pesantren
tidak bisa digeneralisasi sebagai sarang teroris.
"Tidak boleh generalisasi seperti itu. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) mengeneralisasi itu seolah seluruh pesantren tempat mendidik kaum radikal itu tidak benar, bisa sesat menyesatkan," kata Din di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, hadirnya lembaga pesantren sudah sangat tua di Indonesia, bahkan berkembang 1-2 abad sebelum ada negara Indonesia. Hal itu tidak menjadi masalah selama bertahun-tahun lamanya. Di ponpes jugalah tempat melahirkan ulama, zuama, cendekiawan muslim dan tokoh-tokoh.
"Saya juga alumni pondok. Jangan digeneralisasi, jangan digebyah uyah," kata dia.
Kendati demikian, Din tidak menampik jika terdapat sejumlah pondok pesantren yang beraliran radikal.
"Boleh jadi satu dua demikian. Itu justru pemerintah harus melakukan perhatian termasuk pembinaan. Tidak bisa main klaim labelisasi sampai pembubaran karena alasan terorisme yang kurang tepat," kata dia.
Pelabelan ponpes sebagai sarang teroris, kata mantan Ketua Umum Muhammadiyah, hanya akan membuat masyarakat ketakutan terhadap lembaga pendidikan Islam khas Indonesia itu. Pelabelan secara umum terhadap pesantren sebagai sarang teroris dapat menjadi tendensius sehingga menghalangi anak Muslim untuk bersekolah di ponpes. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Tidak boleh generalisasi seperti itu. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) mengeneralisasi itu seolah seluruh pesantren tempat mendidik kaum radikal itu tidak benar, bisa sesat menyesatkan," kata Din di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, hadirnya lembaga pesantren sudah sangat tua di Indonesia, bahkan berkembang 1-2 abad sebelum ada negara Indonesia. Hal itu tidak menjadi masalah selama bertahun-tahun lamanya. Di ponpes jugalah tempat melahirkan ulama, zuama, cendekiawan muslim dan tokoh-tokoh.
"Saya juga alumni pondok. Jangan digeneralisasi, jangan digebyah uyah," kata dia.
Kendati demikian, Din tidak menampik jika terdapat sejumlah pondok pesantren yang beraliran radikal.
"Boleh jadi satu dua demikian. Itu justru pemerintah harus melakukan perhatian termasuk pembinaan. Tidak bisa main klaim labelisasi sampai pembubaran karena alasan terorisme yang kurang tepat," kata dia.
Pelabelan ponpes sebagai sarang teroris, kata mantan Ketua Umum Muhammadiyah, hanya akan membuat masyarakat ketakutan terhadap lembaga pendidikan Islam khas Indonesia itu. Pelabelan secara umum terhadap pesantren sebagai sarang teroris dapat menjadi tendensius sehingga menghalangi anak Muslim untuk bersekolah di ponpes. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016