Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sejumlah pengunjung Museum Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mengaku kecewa karena museum tersebut tutup, padahal mereka sudah jauh-jauh datang dari Samarinda.

"Sebenarnya sudah lama saya ingin melihat Museum Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga, tapi baru hari ini kesampaian ke sini, eh sudah di sini ternyata museumnya tutup, tentu saja kami kecewa," ujar Difaiah di Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Minggu.

Ibu muda tersebut datang bersama suami dan anak-anaknya, sementara ada pula sejumlah pengunjung lain dari Kecamatan Samboja, juga terpaksa meninggalkan museum itu setelah melihat pintu pagar museum tergembok.

Meskipun tidak bisa masuk ke museum, tapi ia berusaha menghibur hatinya dengan cara mengambil foto bangunan museum dan Tugu Perjuangan di depan museum tersebut. Bahkan, dia juga menyempatkan "foto selfie" dari luar pagar yang tergembok.

Selama ini, Difaiah mengaku mendengar ada museum di Kecamatan Sanga-Sanga dari teman-temannya, sehingga memaksa suaminya mengantarkan ke Sanga-Sanga.

Apalagi, museum tersebut dibangun salah satu tujuannya untuk mengenang perjuangan melawan penjajah Belanda.

Untuk mengobati rasa kecewa, beberapa pengunjung kemudian berpencar menuju sejumlah tempat bersejarah di kota yang menjadi daerah pertama kali di Provinsi Kalimantan Timur, yang bebas dari penjajahan ini.

Sejumlah lokasi bersejarah di Sanga-Sanga, antara lain Tugu Merah Putih, Monumen Perjuangan, Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah, bekas penjara Kolonial Belanda, Monumen Pertahanan Merah Putih, Tugu Pembantaian, dan Batu Kedaulatan Pertama RIS (Republik Indonesia Serikat).

Difaiah tertarik ke Sanga-Sanga karena merupakan salah satu kota tua bersejarah di Kalimantan Timur, di antaranya merupakan kecamatan pertama yang berdiri secara administratif di luar Pulau Jawa dan Sumatera, tepatnya tahun 1949 dengan camat pertamanya bernama Awang Ishak.

Sanga-Sanga juga terkenal dengan peristiwa heroik pada 27 Januari 1947, yakni ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga.

Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga tersebut, pemerintah setempat selalu menggelar upacara peringatan peristiwa Sanga-Sanga setiap 27 Januari.

Kemudian di kawasan itu dibangun pula Tugu Perjuangan untuk mengenang para pejuang yang gugur di medan perang. Di tugu tersebut, tercatat 73 nama pejuang yang gugur saat mempertahankan Sanga-Sanga dari serangan penjajah.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016