Samarinda (ANTARA Kaltim) - Para legiun veteran Kalimantan Timur meminta kepada gubernur untuk melindungi dan melestarikan Tugu Sejarah Perjuangan, karena titik tersebut menjadi simbol perlawanan pejuang Indonesia melawan penjajah.

"Di Samarinda saja ada lima tugu yang dulunya menjadi lokasi perlawanan kami melawan penjajah Belanda dan Jepang, tetapi pemerintah menelantarkan tugu bersejarah itu," kata salah satu veteran Kaltim Anang Anwari di hadapan Gubernur Awang Faroek Ishak di Samarinda, Kamis.

Anang Anwari mengatakan hal itu ketika mendapat kesempatan memberikan masukan pada diskusi mengenai rencana pembuatan buku sejarah tentang Kalimatan Timur, yang juga dihadiri para penulis sejarah, sejumlah tokoh masyarakat dan sejarawan dari Universitas Indonesia Dr Anhar Gonggong.

Satu hal yang membuat Anang Anwari miris adalah keberadaan Tugu Perjuangan di Teluk Lerong, Samarinda, yang merupakan salah satu lokasi pertempuran melawan penjajah, tetapi lokasi itu tidak diperhatikan dan seolah tidak menghargai pengorbanan para pejuang.

"Ini merupakan sesuatu yang janggal, karena di situ ada Taman Teluk Lerong Garden yang bagus, tetapi di seberang jalannya yang terdapat tugu sebagai simbol sejarah perjuangan, justru ditutup pagar seng keliling, sehingga masyarakat tidak mengetahui bahwa di situ merupakan lokasi bersejarah," katanya.

Sebelumnya, Anang juga mengatakan di titik tersebut terdapat dua teman seperjuangannya yang gugur melawan Belanda, sehingga kemudian dibuatkan tugu di titik itu untuk mengenang masa-masa perlawanan.

Di zaman penjajahan, lanjut dia, beberapa meter dari tugu tersebut berdiri gedung cukup megah milik Ooast Borneo Maatschappi (OBM), sebuah perusahaan tambang batu bara yang lahan penambangannya di Loa Kulu (kini masuk Kabupaten Kutai Kartanegara).

"Gedung dan lingkungannya kala itu menjadi sasaran tembak bagi pejuang di Samarinda, karena kawasan itu sering digunakan sebagai tempat pesta dan dansa oleh para penjajah," katanya.

Hingga suatu ketika, tepatnya pada 15 Januari 1947, terjadi perlawanan besar di lokasi itu oleh Belanda, sehingga dua pejuang Samarinda gugur saat terjadi baku tembak.

Untuk memeringati peristiwa perjuangan melawan penjajah, maka pada 1970 dibangun tugu di lokasi itu. Saat dibangun, tugu itu berada di tengah taman kota yang cukup rindang, tetapi taman kota itu kini sudah hilang.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan tugu tersebut kini lahannya sudah menjadi dimiliki Kaltim Post, sehingga dirinya akan meminta Kaltim Post agar turut melestarikan tugu tersebut sebagai tempat bersejarah.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015