Samarinda (ANTARA Kaltim)- Partisipasi warga Kota Samarinda yang memiliki hak pilih untuk menyalurkan suaranya pada pemilihan kepala daerah, Rabu, hanya sekitar 47 persen dan 53 persen pemilih lainnya tidak menggunakan hak pilihnya atau masuk golongan putih (golput).

"Ada peningkatan angka golput dibanding pilkada 2010. Lima tahun lalu, angka golput sekitar 40 persen, saat ini sudah mencapai lebih dari 50 persen," kata Direktur Lembaga Survei Kebijakan Publik (LSKP) Sunarto Ciptoharjono saat jumpa pers hitung cepat Pilkada Samarinda 2015 di Hotel Aston Samarinda, Rabu sore.

Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan LSKP yang juga merupakan anak perusahaan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu, pasangan petahana Syaharie Jaang-Nusyirwan Ismail unggul dalam perolehan suara dengan 76,80 persen berbanding 23,20 persen yang diperoleh penantangnya Mudiyat Noor-Iswandi.

LSKP melakukan hitung cepat dengan mengambil sampel di 229 tempat pemungutan suara (TPS), dari total 1.580 TPS yang tersebar di seluruh wilayah Samarinda.

Secara umum, Sunarto mengatakan penyebab menurunnya partisipasi masyarakat pada ajang pesta demokrasi lima tahunan ini dua hal, yakni faktor ideologi dan teknis.

"Memang dalam riset kami bukan secara spesifik menggali partisipasi pemilih, namun banyak yang mengatakan bahwa alasan teknis berpeluang besar menjadi pemicu tingginya angka golput di pilkada Samarinda," jelasnya.

Berdasarkan laporan relawan LSPK di lapangan, lanjut Sunarto, banyak kartu pemilih belum terdistribusikan secara baik kepada warga dan hal ini menjadi salah satu penyebab enggannya masyarakat datang ke tempat pemungutan suara (TPS).

Di sisi lain, gaung pelaksanaan pilkada di Kota Samarinda kurang begitu semarak bahkan sejumlah masyarakat mengaku tidak tahu adanya pemilihan wali kota dan wakil wali kota.

Menurut ia, persoalan ini bukan semata kurangnya sosialisasi yang dilakukan penyelenggara pemilu, namun kandidat calon yang hanya dua orang juga ikut memengaruhi penyebaran informasi terkait pilkada 9 Desember 2015.

"Logikanya kalau pemilihnya berkurang menandakan memang sosialisasinya juga kurang, tapi kita juga tidak menyalahkan penyelenggara begitu saja, karena aturan pada pilkada serentak ini juga banyak berbeda dengan pilkada sebelumnya," tegasnya.

Munculnya pasangan Mudiyat-Iswandi sebagai penantang pasangan petahana Syaharie Jaang-Nusyirwan yang hanya sekitar tiga bulan menjelang pelaksanaan pilkada, juga disebut-sebut menjadikan greget pilkada di ibu kota Provinsi Kaltim berkurang, karena waktu mereka untuk bersosialisasi tidak maksimal.      (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015