Bontang (ANTARA Kaltim) - Dinas Pendidikan Kota Bontang, Kalimantan Timur, menyiapkan sekolah inklusi pada 2016 untuk mengakomodasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di daerah setempat.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bontang Dasuki kepada wartawan di Bontang, Jumat, mengatakan saat ini terdapat 596 orang siswa berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan di sekolah reguler dan bergabung dengan siswa-siswa normal lainnya.

"Setiap anak berhak mendapatkan persamaan pendidikan, tidak memandang status sosial atau anak berkebutuhan khusus," katanya.

Menurut Dasuki, dasar hukum pembangunan sarana dan prasarana pendidikan inklusi tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009.

"Semua pelajar berhak mendapatkan sistem pembelajaran yang sama satu sama lainya, artinya tidak ada perbedaan bagi pelajar reguler dan pelajar ABK (anak berkebutuhan khusus),” tambahnya.

Ia mengatakan jumlah ABK sebanyak 595 orang yang saat ini berada di sekolah reguler, kemungkinan bisa bertambah karena belum seluruh siswa ABK di Kota Bontang yang terdata oleh Disdik.

Disdik Bontang juga sedang melakukan persiapan untuk mendorong percepatan sekolah inklusi, salah satunya membuat sekolah inklusi percontohan di SMP Negeri 2 dan SD OO6 Bontang Utara.

"Kami sudah bangun kelas inklusi di dua sekolah, nantinya di kelas tersebut akan digunakan sesekali untuk membimbing para murid kebutuhan khusus,” ujar Dasuki.

Untuk memudahkan para guru dalam memberikan materi kepada murid ABK, lanjut Dasuki, tenaga pengajar dibekali metode dan tata cara pengajaran yang saat ini masih berjalan.

"Saat ini sudah ada beasiswa untuk 12 guru kuliah di Universitas Negeri Surabaya. Totalnya ada 53 guru yang dibekali metode pengajaran sekolah inklusi," jelasnya.

Dasuki menjelaskan tidak semua ABK memiliki intelektual yang rendah, karena sebagian dari mereka ada yang memiliki kelebihan, namun tidak diekslorasi sehingga bakat dan potensi mereka tidak tertampung.

“Melalui program ini diharapkan murid yang memiliki potensi kecerdasan maupun bakat dapat tersalurkan sesuai kemampuan mereka,” tambahnya.

Terkait perbedaan sekolah luar biasa dengan inklusi, Dasuki menjelaskan bahwa di SLB para siswa hanya bergaul dengan sesama ABK, sedangkan program sekolah inklusi tidak membedakan siswa reguler dengan ABK.

"Makanya kami panggil juga orangtua siswa supaya mereka yakin bahwa nantinya anak mereka akan diberikan perlakuan yang baik dari sekolah, termasuk muridnya sekolah," katanya. (*)

Pewarta: Irwan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015