Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Komite Eksplorasi Nasional merekomendasikan penyederhanaan sistem perizinan melalui sistem satu atap untuk bidang usaha mencari dan menemukan minyak dan gas di Indonesia.

"Kerumitan jenis dan proses perizinan migas yang memerlukan waktu lama dan biaya besar harus dihentikan," tegas Ketua Komisi Eksplorasi Nasional (KEN) Andang Bachtiar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.

Menurut ia, izin-izin yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi migas di Indonesia tidak kurang dari 100 buah dan saat ini juga sudah berhasil disederhanakan menjadi 40 izin.

KEN juga mengusulkan bahwa mengurus perizinan itu justru oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Migas ke instansi yang mengeluarkan izin.

Bachtiar mencontohkan sebuah blok migas baru sudah dimenangkan oleh satu kontraktor migas, namun penandatanganan kontrak hanya akan dilakukan setelah urusan tumpang tindih lahan, izin pinjam pakai kawasan hutan (jika berlokasi di hutan), izin lingkungan (Amdal), izin prinsip, lokasi, dan izin lainnya sudah rampung.

Dengan demikian, pemerintah yang mengurus semua izin tersebut, karena melalui pemerintah semua izin dapat diproses dan dikendalikan.

"Jadi, kontraktor tinggal kerja setelah kontrak ditandatangani. Terima `clean and clear` dari pemerintah," tambah Bachtiar.

Sebelumnya, KEN juga mengumumkan identifikasi potensi penambahan cadangan minyak dan gas Indonesia sebanyak 2,7 miliar barel minyak plus 14 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TCF) gas atau setara 5,2 miliar barel minyak.

"Identifikasi itu dari 108 struktur sumur-sumur penemuan migas yang sudah terbukti, namun belum ditingkatkan statusnya menjadi cadangan nasional," kata Andang Bachtiar.

Selain cadangan yang sudah terbukti tetapi belum masuk cadangan nasional itu, ada juga cadangan prospek sebesar 16,6 miliar barel minyak ekuivalen.

Menurut ia, indikasi adanya migas diketahui dari struktur batuan dan tanah yang didapat dalam uji pengeboran. Terdapat 120 struktur yang mendukung klaim 16,6 miliar barel tersebut.

"Kalau 20 persen saja bisa terbukti, kita dapat sekurangnya 3,2 miliar barel," kata Bachtiar.

Komite Eksplorasi Nasional dibentuk pada 12 Juni 2015 yang misinya adalah meningkatkan cadangan migas atau "reserve replacement ratio" (RRR) menjadi lebih dari 75 persen hingga lima tahun ke depan.

Selain itu, komite ini juga bertugas menemukan cadangan migas baru dan mempercepat proses penemuan cadangan migas, yang semula antara 6-10 tahun menjadi 3-5 tahun sejak blok migas tersebut diserahkan kepada kontraktor oleh negara. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015