Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Para orang tua antusias mengantar dan menunggu anaknya hingga pulang pada hari pertama masuk sekolah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin, terutama bagi siswa sekolah dasar karena mereka khawatir anaknya kebingungan.

"Tadi saya sudah antar anak masuk kelas mencari kursi, sekarang saya menunggu di luar sampai anak saya pulang. Kata gurunya sih, hari pertama ini cuma perkenalan, jadi paling lama hanya dua jam di kelas," ucap Fatimah, orang tua siswa SD 03, Jalan Pelita Samarinda.

Menurutnya, ini adalah hari pertama anaknya mengenal SD setelah sebelumnya di TK, sehingga dia merasa harus mengantar dan menunggu, sekaligus mengenalkan terhadap lingkungan sekolah supaya anaknya tidak kaget dengan lingkungan baru.

Sementara jumlah kendaraan roda dua di sekolah tersebut juga tidak seperti hari-hari biasa, karena di hari biasa kebanyakan orang tua hanya mengantar anaknya kemudian pulang, dan menjemput lagi ketika jam pulang sekolah.

Tetapi di hari pertama masuk sekolah ini, ratusan sepeda motor memenuhi halaman sekolah tersebut sehingga halaman sekolah yang biasa digunakan sebagai upacara bendera tersebut tampak sesak oleh sepeda motor.

Banyaknya kendaraan roda dua di sekolah karena para orang tua harus parkir di halaman itu untuk menunggu anak-anak mereka berkenalan dengan guru, teman, dan mengenal lingkungan sekolah.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur H Musyahrim, dihubungi terkait masuknya siswa baru, juga telah melarang sekolah-sekolah menggembleng siswa baru dengan alasan melaksanakan Masa Orientasi Siswa (MOS), karena kegiatan ini dikhawatirkan memunculkan kekerasan terhadap siswa baru.

"Penggemblengan terhadap siswa baru tidak ada korelasinya dengan tujuan pelaksanaan MOS, karena MOS adalah untuk memperkenalkan siswa pada masa transisi dari sekolah sebelumnya ke jenjang lebih tinggi, misalnya dari SD ke SMP, atau dari SMP ke SMA/SMK," katanya.

MOS, ujarnya, sekaligus untuk memperkenalkan antara siswa satu dengan siswa lain, maupun dengan guru pembimbing dan kepala sekolah. Dengan demikian diharapkan sudah bisa membaur saat proses belajar mengajar mulai aktif dilaksanakan.

Oleh sebab itu, kepala sekolah, guru, maupun guru pembimbing harus berperan aktif dalam proses penerimaan siswa, hingga penyelenggaraan proses pembelajaran, agar MOS tidak disalahgunakan menjadi momen menggembleng siswa.

"Sudah ada tata tertib dalam MOS. Ikuti proses yang ada. MOS bukan diurus oleh siswa, tapi guru. Siswa hanya mendukung program yang ditangani OSIS. Bila MOS dipercayakan kepada siswa, hal ini kadang disalahgunakan," ucap Musyahrim. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015