Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Wakil Gubernur Kalimantan Timur Mukmin Faisyal, menutup Erau Adat Kutai dan "International Folk Art Festival" (EIFAF) 2015 di Kota Tenggarong, Minggu.

Selain dihadiri tim kesenian 13 negara anggota "International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Art" (CIOFF), penutupan Erau Adat Kutai dan EIFAF 2015 itu juga dihadiri kerabat Kesultanan Kutai dan para pejabat di lingkup Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Acara penutupan pesta adat seni dan budaya Erau ini dimeriahkan penampilan tim kesenian 13 negara anggota CIOFF tersebut.

"Atas nama pemerintah Provinsi Kaltim, kami menyampaikan terima kasih atas kesungguhan Pemerinah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang terus menjaga dan memelihara warisan budaya leluhur yang terus ada dan masih bisa kita saksikan sampai hari ini," ungkap Mukmin Faisyal.

Erau, kata Mukmin Faisyal, merupakan peristiwa budaya sakral yang menjadi momentum untuk mendukung tahun kunjungan wisata Kaltim 2015, guna memajukan pariwisata Kutai Kartanegara dan Kaltim.

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari mengatakan Erau bukan hanya sekedar ungkapan rasa syukur dan mempererat persatuan, tetapi juga sebagai usaha pelestarian dan pengembangan adat istiadat.

"Erau ini juga merupakan salah satu kegiatan yang merupakan pengembangan pariwisata Kutai Kartanegara," ujar Rita Widyasari.

Ia kemudian mengajak generasi muda di Kutai Kartanegara untuk mengetahui dan melestarikan adat istiadat yang ada di daerah itu, untuk kemudian ditonjolkan, baik itu seni budaya hingga makanan khas daerah.

Dengan berpartisipasinya tim kesenian negara anggota CIOFF, menurut Rita Widyasari, selain menyemarakkan Erau, juga memperkaya khasanah berkesenian serta menjalin persahabatan antarnegara.

"Erau tahun ini lebih meriah karena dihadiri 13 negara anggota CIOF dan tentunya setelah pulang ke negaranya masing-masing, mereka akan menyampaikan keramahan masyarakat Kutai Kartanegara. Jadi, kami ingin daerah ini dilihat dunia dan ini baik untuk meningkatkan pariwisata," ungkap Rita.

Penutupan Erau Adat Kutai itu ditandai upacara adat "Ngulur Naga" yaitu beramai-ramai membawa naga dari Museum Mulawarman ke Kutai Lama Kecamatan Anggana, dengan dinaikkan di atas kapal yang diikuti oleh sebagian Dewa dan Belian (ahli mantera), barisan "Pangkon" pria dan wanita serta petugas pengambil air Tuli dan pemegang "Damar Jujagat".

Keberangkatan naga tersebut diiringi tabuhan gendang dan gong.

Setelah tiga kali berputar di Sungai Mahakam di depan Kota Tenggarong, naga tersebut langsung dibawa menuju ke Kutai lama yang sebelumnya mampir di Samarinda Seberang untuk dilaksanakan prosesi Naga Bekenyawa oleh tokoh adat Bugis Samarinda Seberang.

Setelah upacara Ngulur Naga maka acara dilanjutkan dengan prosesi "Beumban" dan "Begorok".

Setelah itu, Sultan turun ke "Rangga Titi" (balai yang terbuat dari bambu kuning) untuk memercikkan air Tuli dari Kutai Lama, yang berarti dimulainya acara "Belimbur" yakni saling menyiramkan air dan acara ini sampai meluas ke seluruh kota yang merupakan tradisi adat setempat setiap akhir acara Erau.

Makna belimbur adalah untuk mensucikan diri dari pengaruh pengaruh jahat sehingga masyarakat di Kutai Kartanegara meyakini akan kembali suci dan bersih serta menambah semangat untuk membangun daerah.

Demikian pula terhadap bumi dan sekitarnya bersih dari perbuatan jahat serta dihindari segala marabahaya.    (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015