Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Pembangunan 120 unit menara telekomunikasi atau "base transceiver station" di wilayah perbatasan Kalimantan yang rencananya dimulai Juni 2015, menerapkan pola kerja sama baru untuk pengadaan, operasional dan pemeliharaan perangkat itu.

"Sekarang mekanisme yang disepakati adalah BTS diadakan, dioperasikan, serta dipelihara oleh perusahaan pemenang tender untuk satu jangka waktu tertentu," kata General Manager Information Communication Technology PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) Ardhiono Trilaksono di Balikpapan, Selasa.

Dengan demikian, diharapkan tidak lagi terjadi ketiadaan layanan sebab BTS-nya mati setelah tidak ada listrik akibat generator pembangkit listrik kehabisan bahan bakar.

Ardhiono menuturkan, karena kehabisan solar untuk genset itu, BTS di Tiong Ohang, Kalimantan Timur, di perbatasan dengan Sarawak, Malaysia, sempat tak beroperasi selama sebulan.

Tiong Ohang ada di Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, lebih kurang 450 kilometer barat laut Balikpapan.

BTS di Tiong Ohang itu diresmikan penggunaannya oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pada Desember 2014.

Proyek pembuka isolasi komunikasi perbatasan ini adalah program Kementerian Kominfo dengan melibatkan pemerintah provinsi, kabupaten, dan operator seluler.

Wilayah perbatasan di Kalimantan dari barat ke timur adalah Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang, Bengkayang, dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat. Kawasan ini membentang sepanjang 966 kilometer dengan sisi utara adalah negara bagian Sarawak, Malaysia.

Di Kalimantan Timur, perbatasan ada di Kabupaten Mahakam Ulu, kemudian Kabupaten Malinau dan Nunukan di Kalimantan Utara. Di timur dan utara ini, tanah Indonesia berbatasan dengan Sarawak dan Sabah sepanjang 1.038 kilometer.

Dalam pola kerja sama sebelumnya, yang membuahkan lima menara telekomunikasi di perbatasan di Kaltim dan Kaltara, pemerintah provinsi bertugas membangun menara telekomunikasi, kemudian pemeliharaan dan operasional oleh pemerintah kabupaten, termasuk penyediaan bahan bakar untuk generator pembangkit listrik yang menjadi sumber daya menara tersebut.

Operator seluler bertugas menyediakan jasa layanan dengan teknologi yang dimilikinya. Jasa layanan itu diberikan operator seluler dengan berkontrak kepada Kementerian Kominfo.

"Sebab daerah perbatasan itu kan secara bisnis belum menjanjikan dan tidak menarik. Penduduk masih sedikit dan tersebar yang membuat ongkos layanan mahal dan belum bisa memberikan keuntungan," jelas Ardhiono Trilaksono.

Dalam pola kerja sama yang baru ini, Kementerian Kominfo melelang pengadaan BTS atau menara telekomunikasi satu paket dengan pemeliharaan dan operasionalnya.

Untuk jasa operator diserahkan kepada Telkomsel dan Indosat, yang kemungkinan besar berbagi sama banyak, yakni 60-60 dari 120 unit BTS yang akan dibangun tersebut.

"Ada dana Rp2 triliun dari program USO yang bisa kita gunakan untuk ini," kata Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu.(*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015