Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Dadang Sudarya meyakinkan kepada para petani sawit bahwa integrasi perkebunan sawit dengan peternakan sapi tidak sulit, karena sapi bisa diberi makan pelepah dan bungkil sawit.

"Kami akan mendistribusikan sekitar 10.000 sapi Brahman Cross (BC) untuk dikembangkan melalui integrasi dengan perkebunan kelapa sawit. Kami sudah lakukan pengecekkan ke petani tentang kesiapan kandang dan lainnya. Saya yakinkan kepada petani bahwa integrasi sapi-sawit itu gampang," katanya di Samarinda, Sabtu.

Sapi-sapi impor tersebut diperuntukkan bagi kelompok tani ternak yang memiliki perkebunan sawit karena disesuaikan dengan program yang ada, yakni integrasi perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi.

Sapi sebanyak itu yamg akan didistribusikan kepada 200 kelompok tani ternak di kabupaten dan kota se-Kaltim, di antaranya untuk kelompok tani di Kabupaten Paser, puluhan kelompok tani di Kabupaten Kutai Kartanegara, dan kelompok tani di Kabupaten Berau.

Terkait pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan perkebunan kelapa sawit, Prof Dr Kusuma Diwyanto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Peternakan telah melakukan penelitian di Kota Waringin Barat, Kalteng, pada 2013.

Terdapat dua tempat yang diteliti, yakni di Sulung Ranch dan di Kelompok Tani Subur Makmur. Dalam integrasi sawit-sapi sangat menguntungkan baik dari sisi kesejahteraan masyarakat, produktivitas sawit, maupun produktivitas sapi.

Dalam integrasi itu ada aliran pakan dari pabrik kelapa sawit yang menjadi bahan utama pakan sapi, kemudian kotoran sapi diolah menjadi kompos yang nilainya jauh lebih tinggi dari biaya pakan sehingga keduanya sangat menguntungkan.

Apabila integrasi ini dilakukan oleh Kalteng terus menerus, maka daerah bukan hanya bisa swasembada daging, tetapi bisa menjadi eksportir sapi karena biaya memproduksi pakan sapi untuk pembibitan atau perkembangbiakan kurang dari Rp2 ribu per hari.

Apalagi setiap satu tahun sapi bisa beranak, sehingga biaya pakan untuk menghasilkan satu pedet (anak sapi) hanya Rp1,6 juta, sementara di Lampung biayanya untuk menghasilkan satu ekor pedet butuh Rp9 juta.

"Kami juga pernah melakukan studi banding ke lokasi integrasi sapi-sawit di Kota Waringin Barat, jadi saya yakinkan lagi kepada petani sawit yang akan mendapat bantuan sapi, bahwa integrasi sapi-sawit itu mudah dan menguntungkan, apalagi sebelum sapi datang para petani itu mendapat pelatihan penanganannya," kata Dadang lagi. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015