Jakarta (ANTARA News) - Manajemen klub peserta kompetisi Indonesia Super League, Pusamania Borneo FC, mengaku takut terhadap penalti dari sponsor karena kompetisi tertinggi di Tanah Air itu dihentikan oleh PSSI selaku induk organisasi sepak bola Indonesia.
"Kompetisi dihentikan, jelas klub mengalami kerugian. Sponsor bisa saja lari, bahkan bisa saja sponsor minta ganti rugi. Itu yang kami takutkan," kata General Manager Pusamania Borneo FC, Aidil Fitri di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin.
Meski kompetisi telah dihentikan PSSI sejak, Sabtu (2/5) dengan alasan force majeure, kata dia, persiapan klub untuk menghadapi kompetisi ISL telah dilakukan sejak Januari lalu. Dengan demikian, anggaran yang dikeluarkan juga sudah besar.
Jika dihitung secara kasar, kata Aidil, mulai Januari hingga saat ini pihaknya telah mengeluarkan dana sekitar Rp15 miliar. Dana tersebut selain untuk persiapan menghadapi kompetisi juga untuk pembayaran kontrak pemain.
"Rata-rata kontrak pemain dibayar 50 persen. Jadi, berapa uang yang sudah keluar. Kompetisi juga sudah sempat digelar. Makanya kami keberatan terhadap keputusan PSSI," katanya menambahkan.
Dengan adanya penghentian kompetisi, pria yang juga menjadi juru bicara klub ISL saat bertemu Menpora Imam Nahrawi itu menegaskan bahwa pihaknya meminta kepada PT Liga Indonesia selaku operator untuk mengumpulkan 18 klub yang ada.
Pertemuan dua belah pihak ini, kata dia, untuk membahas penghentian kompetisi oleh PSSI. Apalagi sebelum keputusan dikeluarkan pihak klub tidak diminati masukan meski klub merupakan pemilik saham tertinggi di PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi ISL.
"Hari Rabu (6/5) kami meminta klub dikumpulkan. Hanya klub dan PT Liga Indonesia saja. Kita harus bahas ulang masalah ini supaya kita tidak pecah," kata Aidil dengan tegas.
Pihaknya berharap, setelah ada pertemuan, kompetisi bisa berjalan. Hal itu dilakukan agar persiapan yang dilakukan tidak sia-sia. Tidak hanya Borneo FC, hampir semua klub peserta ISL ingin kompetisi segera digulirkan.
Ditiadakannya kompetisi musim ini adalah dampak dari pembekuan PSSI yang dilakukan oleh Kemenpora per 17 April lalu. Sesuai dengan rencana, hak dan kewenangan PSSI akan dikendalikan Tim Transisi bentukan pemerintah hingga terbentuk PSSI kepengurusan baru. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Kompetisi dihentikan, jelas klub mengalami kerugian. Sponsor bisa saja lari, bahkan bisa saja sponsor minta ganti rugi. Itu yang kami takutkan," kata General Manager Pusamania Borneo FC, Aidil Fitri di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin.
Meski kompetisi telah dihentikan PSSI sejak, Sabtu (2/5) dengan alasan force majeure, kata dia, persiapan klub untuk menghadapi kompetisi ISL telah dilakukan sejak Januari lalu. Dengan demikian, anggaran yang dikeluarkan juga sudah besar.
Jika dihitung secara kasar, kata Aidil, mulai Januari hingga saat ini pihaknya telah mengeluarkan dana sekitar Rp15 miliar. Dana tersebut selain untuk persiapan menghadapi kompetisi juga untuk pembayaran kontrak pemain.
"Rata-rata kontrak pemain dibayar 50 persen. Jadi, berapa uang yang sudah keluar. Kompetisi juga sudah sempat digelar. Makanya kami keberatan terhadap keputusan PSSI," katanya menambahkan.
Dengan adanya penghentian kompetisi, pria yang juga menjadi juru bicara klub ISL saat bertemu Menpora Imam Nahrawi itu menegaskan bahwa pihaknya meminta kepada PT Liga Indonesia selaku operator untuk mengumpulkan 18 klub yang ada.
Pertemuan dua belah pihak ini, kata dia, untuk membahas penghentian kompetisi oleh PSSI. Apalagi sebelum keputusan dikeluarkan pihak klub tidak diminati masukan meski klub merupakan pemilik saham tertinggi di PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi ISL.
"Hari Rabu (6/5) kami meminta klub dikumpulkan. Hanya klub dan PT Liga Indonesia saja. Kita harus bahas ulang masalah ini supaya kita tidak pecah," kata Aidil dengan tegas.
Pihaknya berharap, setelah ada pertemuan, kompetisi bisa berjalan. Hal itu dilakukan agar persiapan yang dilakukan tidak sia-sia. Tidak hanya Borneo FC, hampir semua klub peserta ISL ingin kompetisi segera digulirkan.
Ditiadakannya kompetisi musim ini adalah dampak dari pembekuan PSSI yang dilakukan oleh Kemenpora per 17 April lalu. Sesuai dengan rencana, hak dan kewenangan PSSI akan dikendalikan Tim Transisi bentukan pemerintah hingga terbentuk PSSI kepengurusan baru. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015