Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Puluhan peserta terdiri dari guru TK/PAUD dan SD, serta sejumlah wartawan di Samarinda, antusias mengikuti pelatihan hipnoterapi yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur.

    “Meskipun disiplin ilmu dan profesi kami sebagai wartawan, namun kami ingin berbuat lebih banyak kepada masyarakat, terutama mencerdaskan anak melalui pelatihan terapi untuk guru dan orang tua agar bisa menerapi anak-anak mereka,” kata Ketua Panitia Pelatihan Hipnoterapi Ony Rositha di Samarinda, Sabtu.

    Pelatihan teknik melakukan hipnoterapi yang digelar di ruang pertemuan Sekretariat PWI Kaltim sekitar enam jam itu, menghadirkan dua nara sumber, yakni psikolog yang juga dosen Desy Erawati Indah, kemudian Ketua PWI Kaltim yang juga Terapis alumni Quantum Life Transformation angkatan 26 Endro S Efendi.

    Saat pelatihan tersebut, semua peserta mengikuti penuh antusias karena mereka ingin ilmu yang didapat bisa dipraktikkan kepada siswa dan anaknya masing-masing, baik anak yang takut pada binatang, takut pada pelajaran tertentu, takut pada hantu, maupun takut dengan sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya.

    Menurut Endro S Efendi, kebanyakan anak memiliki masalah yang berbeda-beda. Sementara munculnya masalah kebanyakan datang dari luar diri anak, seperti dari perilaku orang tua, perilaku lingkungan sekitar maupun perilaku dari teman-teman sepermainannya karena setiap apa yang dilihat dan yang didengar anak merupakan pelajaran yang akan diikuti tiap anak.

    Misalnya orang tua yang mengajarkan anak jangan berbohong. Pesan itu tentu akan direkam oleh anak untuk selalu jujur. Tetapi di lain kesempatan, kadang orang tua menyuruh anaknya mengatakan “bilangi mama tidak ada di rumah” ketika ada tukang kredit di depan yang akan menagih utang.

    Ini berarti anak sudah menerima dua pesan yang berbeda sehingga anak akan menjadi bingung mengenai jujur dan bohong, sehingga anak juga akan melakukan kebohongan karena orang tuanya telah memerintahkan berbohong dengan mengatakan “mama tidak ada di rumah” padahal sebenarnya orang tuanya ada dalam rumah.

    Sedangkan teknik melakukan terapi yang diajarkan Endro saat itu antara lain, menanyakan kepada orang yang akan diterapi tentang perasaan yang dialami baik ketakutan atau meneyanangi sesuatu yang berlebihan, dan seberapa besar keinginannya untuk melepaskan perasaan tersebut.

    Dalam pelatihan itu, terdapat seorang peserta yang mengaku takut dengan ayam dan minta diterapi untuk dihilangkan ketakutannya itu.


    Dalam acara itu juga banyak peserta yang menanyakan tentang beberapa masalah yang dialami oleh anak masing-masing. Menurut Endro, semua permasalahan itu dapat dihilangkan, sehingga semua peserta yang hadir saat ini diharapkan dapat mempraktikkan terhadap anak maupun siswanya yang bermasalah. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015