Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Wali Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Syaharie Jaang menyesalkan ada satu sekolah di daerahnya yang batal melaksanakan ujian nasional berbasis komputer atau "computer based test".

"Tentunya, saya sangat menyayangkan adanya sekolah yang mundur untuk mengikuti UN menggunakan sistem CBT hingga akhirnya hanya enam sekolah di Kota Samarinda yang bersedia menggunakan sistem tersebut," ujar Syaharie Jaang usai memantau pelaksanaan hari pertama UN tingkat SLTA di Kota Samarinda, Senin.

Bahkan, Syaharie langsung meminta inspektorat untuk mengusut sekolah yang mundur dari pelaksanaan UN CBT tersebut dan mencari tahu penyebabnya.

"Samarinda merupakan ibu kota Provinsi Kaltim yang tentunya berbeda dengan Kabupaten Mahakam Ulu yang mungkin belum didukung sarana dan prasarana yang memadai. Jadi, saya meminta pihak inspektorat mengusut masalah ini," katanya.

Padahal, lanjut dia, apabila sekolah bisa menggunakan sistem CBT dalam ujian kali ini, tentu akan menentukan kualitas pendidikan di Samarinda itu sendiri.

"Pastinya akan menjadi contoh bagi daerah lain," ujar wali kota yang memantau pelaksanaan UN di SMAN 3 dan 5 serta SMKN 1.

Pelaksanaan UN hari pertama di Kota Samarinda diikuti 10.840 siswa/siswi dari tingkat SMA/MA, SMK hingga SMA-LB. Para peserta akan mengikuti UN dengan mengerjakan lima paket soal hingga Rabu (15/4).

Ia menambahkan ujian nasional kali ini tidak lagi menjadi penentu kelulusan, sehingga para siswa/siswi tidak perlu terlalu khawatir tetapi juga tidak menganggap remeh.

"Jadi, saya berharap UN tidak boleh lagi menjadi momok yang menakutkan," ujarnya.

Walaupun tidak lagi menjadi penentu kelulusan, tetapi hasil UN tetap akan menjadi pertimbangan bagi seorang siswa/siswi untuk bisa diterima di perguruan tinggi negeri atau tidak. Bahkan, juga sebagai pertimbangan untuk masuk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

"Jadi, UN kali ini tidak boleh disepelekan, karena bisa kuliah di universitas negeri dan bekerja sebagai PNS merupakan hal prinsip bagi seseorang. Jangan sampai dalam ujian ini ada siswa yang berpikiran isi tidak isi tetap lulus juga, sekali lagi saya minta jangan seperti itu," ungkap Syaharie.

Untuk itu, tambahnya, pengawasan pelaksanaan UN sangat penting, mengingat UN juga sebagai barometer untuk mengukur kemampuan sebuah sekolah dari tingkat kota, provinsi hingga nasional.

"Sehingga nanti ada peringkat terhadap kemampuan sekolah lewat hasil indeks penilaian UN melalui pelajarnya," katanya. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015