PELAKSANAAN ujian nasional berbasis komputer atau "computer based test" tingkat SMA atau sederajat dijadwalkan berlangsung serentak di seluruh Indonesia pada 13-15 April 2015, bersamaan ujian sistem manual atau "paper based test".

Di Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan data Dinas Pendidikan setempat, tercatat jumlah peserta UN CBT dan manual sebanyak 40.609 siswa yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

Peserta sebanyak itu terdiri dari 20.279 peserta SMA/MA (Madrasah Aliyah) dan 20.330 peserta SMK (sekolah menengah kejuruan).

Secara rinci peserta asal Kota Samarinda sejumlah 4.442 orang untuk SMA/MA dan 6.391 orang SMK. Kemudian di Kota Balikpapan, terdapat 3.658 peserta SMA/MA dan 4.004 peserta SMK.

Selanjutnya di Kota Bontang, peserta UN SMA/MA sebanyak 1.230 orang dan SMK 1.149 orang, Kabupaten Kutai Kartanegara 4.453 orang (SMA/MA) dan 3.345 orang SMK, dan Kutai Timur 1.408 orang (SMA/MA) dan 1.482 orang (SMK).

Adapun di Kabupaten Kutai Barat 1.038 orang SMA/MA dan 1.073 orang SMK, Paser 1.578 orang (SMA/MA) dan 1.095 orang (SMK), Penajam Paser Utara 887 orang (SMA/MA) dan 911 orang (SMK), Berau 1.390 orang (SMA/MK) dan 838 orang (SMK).

Jumlah peserta UN paling sedikit berada di Kabupaten Mahakam Ulu, sebuah daerah otonomi baru yang berbatasan dengan Malaysia dan hasil pemekaran Kabupaten Kutai Barat, yakni 195 peserta SMA/MA dan 42 peserta SMK.

Pada pelaksanaan UN tahun ini, terdapat 19 sekolah di Provinsi Kaltim yang siap menggelar UN CBT, masing-masing 14 SMA atau sederajat dan empat SMP.

Untuk 14 SMA/SMK yang berdasarkan hasil verifikasi Disdik Kaltim siap menggelar UN CBT tersebar di empat kabupaten/kota, yakni Kota Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Paling banyak di Kota Balikpapan yakni tujuh sekolah, masing-masing SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, SMA Muhammadiyah 2 Al Mujahidin, SMA Patra Dharma, SMKN 2, dan SMKN 3.

Kemudian di Kota Samarinda ada empat sekolah, yakni SMKN 1, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 7. Sisanya di Kota Bontang (SMA YPK dan SMA YPVDP), serta Kutai Kartanegara (SMK Bhakti Loa Janan).

"Sekolah yang akan menggunakan sistem CBT semua sudah siap dan saat ini perangkat sistem tersebut sudah terpasang. Soal maupun lembar jawaban untuk ujian telah diunduh dari `server` Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional ke server masing-masing sekolah," kata Kepala Disdik Kaltim Musyahrim saat evaluasi akhir jelang pelaksanaan UN, Jumat (10/4).

Kendati demikian, panitia ujian tetap menyiapkan soal manual untuk peserta di sekolah-sekolah yang menggelar UN CBT sebagai antisipasi jika terjadi masalah teknis, seperti kerusakan sistem atau listrik padam.

"Perbedaan sistem CBT hanya pada pengisian lembar jawaban saja. Jika CBT, mereka langsung mengklik di komputer, sedangkan cara manual siswa harus bergelut dengan pensil 2B untuk mengisi lembar jawaban. Jadi, tidak ada perbedaan. Semua hasil jawaban diproses di daerah terlebih dulu, kemudian baru disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional," papar Musyahrim.

Ia memastikan seluruh naskah soal sudah didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota sejak 1 hingga 9 April lalu. Wilayah perbatasan Kabupaten Mahakam Ulu, Berau dan Kutai Kartanegara yang jangkauannya cukup sulit karena akses transportasi, menjadi sasaran prioritas pendistribusian naskah UN.

Di Kabupaten Mahakam Ulu, misalnya, masih ada sejumlah kecamatan yang tidak bisa dijangkau dengan moda transpotasi darat, sehingga untuk pengiriman materi UN hanya bisa dilakukan dengan dua cara, yakni melalui jalur sungai yang jeram dan berarus deras serta membahayakan, atau melalui pesawat terbang.



Kendala Teknis

Kendati Disdik Kaltim sudah memastikan kesiapannya, sejumlah kendala teknis dan nonteknis masih membayangi pelaksanaan UN di "Benua Etam", terutama masalah listrik yang sering padam dengan jadwal yang tidak menentu dan tanpa pemberitahuan.

Kasus listrik padam masih menghantui kehidupan masyarakat Kaltim selama beberapa tahun terakhir, akibat pasokan daya dari beberapa pembangkit yang belum mampu memenuhi kebutuhan pengguna.

Pemadaman listrik cukup lama terjadi terakhir kali sekitar pertengahan Februari 2015 yang berlangsung hampir dua hari, akibat terganggunya jaringan interkoneksi sistem Mahakam.

Setidaknya, masyarakat yang tinggal di sebagian wilayah di empat daerah yakni Kota Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Kutai Kartanegara harus bergelap ria.

Bagi mayarakat yang tergolong mampu masih bisa menggunakan genset untuk pasokan listrik, sementara masyarakat kurang mampu harus memakai lilin untuk penerangan rumah.

Di luar kasus tersebut, listrik "byar-pet" atau listrik padam masih sering terjadi sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dari pihak PLN Kaltim.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak telah berulang kali meminta pemerintah untuk memperhatikan masalah ketersediaan pasokan listrik di daerahnya, mengingat kaltim merupakan provinsi penghasil sumber daya alam, seperti batu bara, minyak dan gas.

"Sumber daya alam Kaltim telah banyak dikeruk, tapi kenapa justru Kaltim harus kekurangan listrik. Kita minta pemerintah memperhatikan masalah ini dan lebih banyak membangun pembangkit listrik di Kaltim," ujarnya dalam beberapa kesempatan.

Terkait persiapan UN, rombongan Komisi IV DPRD Kota Balikpapan dalam peninjauan ke sejumlah sekolah di Kota Minyak pada pekan lalu, menemukan fakta masih ada sekolah yang belum menyiapkan genset sebagai antisipasi terjadinya pemadaman listrik.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Balikpapan Ida Prahastuty mengatakan suplai listrik, meja yang sempit, ruangan ujian yang panas dan pengap, serta koneksi jaringan internet yang lambat juga menjadi perhatian utama jelang pelaksanaan UN.

"Kami menemukan beberapa sekolah belum menyiapkan genset untuk antisipasi listrik padam, atau komputer cadangan seandainya ada yang rusak saat ujian berlangsung," tuturnya, saat meninjau SMA Patra Dharma, SMKN 3, SMAN 2, dan SMA Muhammadiyah.

Akibat kekurangan suplai listrik, penyejuk udara di ruangan ujian di SMKN 3 dan SMAN 2 tidak dapat dihidupkan. Siswa yang mengikuti uji coba ujian terpaksa mengerjakan soal sambil berkipas-kipas dengan buku.

"Sebab kalau AC dihidupkan, listrik langsung `jegleg` (padam)," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMAN 2 Balikpapan Rozikan MPd saat menerima rombongan wakil rakyat.

Komisi IV DPRD Kota Balikpapan berjanji akan mengingatkan pihak PLN untuk sedapat mungkin menjaga pasokan listrik di wilayah tempat sekolah yang sedang menyelenggarakan UN online agar tidak terjadi pemadaman.

Namun, pihak sekolah tetap diingatkan untuk menyiapkan genset sebagai cadangan pasokan listrik.

Permintaan yang sama juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Kota Bontang Etha Rimba Paemboenan kepada PLN Rayon Bontang agar sedapat mungkin tidak ada pemadaman listrik saat pelaksanaan UN.

"Kami ingin meminta jaminan dari PLN agar UN berjalan lancar dan tidak mengganggu konsentrasi siswa/siswi di Bontang," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Manajer PLN Rayon Bontang La Ode Lawati menegaskan bahwa pihaknya juga tidak bisa menjamin tidak akan terjadi pemadaman listrik saat pelaksanaan UN, karena jaringan interkoneksi sistem Mahakam di luar jangkauan PLN Rayon Bontang.

Apalagi, saat ini PLN juga belum bisa memaksimalkan daya yang ada di pembangkit lokal. Ada dua pembangkit di Bontang yang tidak bisa terkoneksi ke jaringan, sehingga kalaupun PLN memisahkan diri dari Sistem Mahakam, daya yang tersedia belum cukup memenuhi beban puncak.

Saat ini, ada dua pembangkit yang belum bisa terkoneksi, yakni PLTMG Bontang Migas dan Energi (BME) dan PLTD-MG Kanaan. Tanpa dua pembangkit itu, daya yang dimiliki PLN Bontang sekitar 18 MW.

"Kalau dua mesin itu beroperasi dengan baik dan terkoneksi ke kami, daya kami surplus. Tapi, dengan adanya masalah saat ini, kami tidak bisa memberikan jaminan sama sekali," imbuh Lawati, ketika menjelaskan gangguan pembangkit di Sistem Mahakam.

Ia menuturkan semua kendali jaringan Sistem Mahakam dipegang PLN Wilayah Kaltim yang berkedudukan di Balikpapan. Dari tempat itu, pembagian alur diatur dan masalah kekurangan daya di Bontang praktis terselesaikan sejak masuk ke dalam sistem itu.

"Masalahnya, semua kontrol di Balikpapan, sehingga jika ada kendala di sistem pusat, PLN Bontang tidak bisa langsung memisahkan diri dan mengaktifkan pembangkit lokal," ujarnya.

La Ode Lawati meminta maaf kepada warga Bontang dan seluruh pihak yang merasa terganggu dengan seringnya terjadi pemadaman bergilir. Pihaknya terus berusaha mencari solusi agar ketika pelaksanaan UN nanti tidak terjadi gangguan.    (*)

Pewarta: Didik Kusbiantoro

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015