Samarinda (ANTARA Kaltim) - Protection of Forest & Fauna (Profauna), sebuah lembaga independen nonprofit yang bergerak di bidang perlindungan hutan dan satwa liar, menyatakan kasus pencurian penyu di Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau, meningkat lebih 100 persen.

Koordinator Profauna Borneo Bayu Sandi dihubungi dari Samarinda, Jumat malam, mengatakan, pada tahun 2013 tercatat lima kasus pencurian telur penyu dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 11 kasus.

"Ini berarti terjadi peningkatan hingga 120 persen," ungkap Bayu Sandi.

Jumlah sarang penyu yang hilang sepanjang tahun 2014 juga meningkat tajam. Pada tahun 2013 tercatat ada 28 sarang penyu yang hilang dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 99 sarang penyu yang hilang.

"Peningkatan jumlah sarang penyu yang hilang itu mencapai 253 persen," kata Bayu Sandi.

Meningkatnya kasus pencurian telur penyu tersebut dikhatirkan akan mengancam kelestarian penyu, apalagi jumlah penyu yang bertelur di Pulau Sangalaki cenderung mengalami penurunan.

"Pada tahun 2013, jumlah rata-rata penyu yang bertelur setiap harinya mencapai 15 ekor penyu, namun pada tahun 2014 hanya 11 ekor," katanya.

Berdasarkan pantauan Profauna, kata dia, perdagangan telur penyu masih marak di Kalimantan Timur.

Telur penyu tersebut dijual di berbagai kota, antara lain Bontang, Samarinda, dan Tanjung Redeb, dengan harga bervariasi, antara Rp6.000 hingga Rp12.500 per butir..

"Semua jenis penyu termasuk telurnya telah dilindungi undang-undang, sehinga segala bentuk perdagangannya adalah dilarang," katanya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku pencurian dan perdagangan satwa dilindungi bisa diancam hukuman penjara lima tahun dan denda Rp 100 juta.

Profauna akan terus mendorong adanya kontrol yang ketat terhadap Pulau Sangalaki dan pemberantasan praktik perdagangan telur penyu yang masih marak di Kaltim.

"Pihak BKSDA sudah berusaha keras untuk menangani masalah perdagangan telur penyu di Sangalaki, namun perlu dukungan berbagai pihak untuk mengatasinya," tegas Bayu Sandi.

Selain dikenal sebagai salah satu habitat penyu, Pulau Sangalaki juga merupakan kawasan wisata alam.

Menurut data BKSDA Berau, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sangalaki pada tahun 2014 sebanyak 1.482 orang. Kebanyakan berasal dari Kalimantan Timur dan Jakarta.    (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015