Sangatta (ANTARA Kaltim) - Para petani tambak di Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, kesulitan mendapatkan pupuk untuk areal tambaknya, karena stok yang terbatas dan harga cukup mahal.
"Salah satu kesulitan kami sebagai petani tambak adalah memperoleh pupuk urea, baik pupuk subsidi maupun nonsubsidi," kata Ketua Kelompok Tani Muara Bengalon, Ari Cambang, ketika dihubungi dari Sangatta, Senin.
Untuk mendapatkan pupuk, lanjut Ari, para petani harus mengeluarkan biaya cukup tinggi, karena harga pupuk subsidi dengan nonsubsidi tidak jauh berbeda.
Misalnya pupuk subsidi yang dibeli di Sangatta harganya Rp60.000 per karung isi 50 kilogram, sedangkan untuk pupuk nonsubsidi dengan ukuran sama harganya Rp90.000.
"Namun, kalau sampai diterima dilokasi tambak, harga pupuk subsidi sudah mencapai di atas Rp100.000," tambahnya.
Menurut ia, kebutuhan pupuk untuk kelompok petani tambak cukup tinggi, mengingat tingkat keasaman lahan di Muara Bengalon juga tinggi dan harus mendapatkan pemupukan.
Ari Cambang bersama kelompoknya yang beranggota tujuh petani menggarap areal tambak seluas empat hektare sejak 2006 dengan panen dua sampai tiga kali setahun.
Hasil produksi ikan bandeng setiap panen hanya berkisar 2-3 ton per hektare dengan harga ditempat sekitar Rp13.000 per kilogram.
Selain kesulitan pupuk, para petani tambak di Muara Bengalon juga kesulitan memasarkan hasil panen ikan jenis bandeng, karena permintaan pasar di Sangatta dan daerah sekitar masih rendah.
"Kami sudah mencoba survei ke Tempat Pelelangan Ikan Kenyamukan untuk menawarkan ikan tersebut, ternyata tidak adapembeli yang merespon," ujar Ari.
Hasil panen petani tambak tersebut lebih banyak dipasarkan ke luar Kabupaten Kutai Timur, misalnya ke Samarinda hingga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Muara Bengalon memiliki prospek bagus dalam pengembangan budidaya ikan bandeng dan udang, karena potensi lahannya lebih dari 1.000 hektare. Saat ini, baru sekitar 70 persen dari lahan itu yang sudah dimanfaatkan untuk tambak produktif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Salah satu kesulitan kami sebagai petani tambak adalah memperoleh pupuk urea, baik pupuk subsidi maupun nonsubsidi," kata Ketua Kelompok Tani Muara Bengalon, Ari Cambang, ketika dihubungi dari Sangatta, Senin.
Untuk mendapatkan pupuk, lanjut Ari, para petani harus mengeluarkan biaya cukup tinggi, karena harga pupuk subsidi dengan nonsubsidi tidak jauh berbeda.
Misalnya pupuk subsidi yang dibeli di Sangatta harganya Rp60.000 per karung isi 50 kilogram, sedangkan untuk pupuk nonsubsidi dengan ukuran sama harganya Rp90.000.
"Namun, kalau sampai diterima dilokasi tambak, harga pupuk subsidi sudah mencapai di atas Rp100.000," tambahnya.
Menurut ia, kebutuhan pupuk untuk kelompok petani tambak cukup tinggi, mengingat tingkat keasaman lahan di Muara Bengalon juga tinggi dan harus mendapatkan pemupukan.
Ari Cambang bersama kelompoknya yang beranggota tujuh petani menggarap areal tambak seluas empat hektare sejak 2006 dengan panen dua sampai tiga kali setahun.
Hasil produksi ikan bandeng setiap panen hanya berkisar 2-3 ton per hektare dengan harga ditempat sekitar Rp13.000 per kilogram.
Selain kesulitan pupuk, para petani tambak di Muara Bengalon juga kesulitan memasarkan hasil panen ikan jenis bandeng, karena permintaan pasar di Sangatta dan daerah sekitar masih rendah.
"Kami sudah mencoba survei ke Tempat Pelelangan Ikan Kenyamukan untuk menawarkan ikan tersebut, ternyata tidak adapembeli yang merespon," ujar Ari.
Hasil panen petani tambak tersebut lebih banyak dipasarkan ke luar Kabupaten Kutai Timur, misalnya ke Samarinda hingga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Muara Bengalon memiliki prospek bagus dalam pengembangan budidaya ikan bandeng dan udang, karena potensi lahannya lebih dari 1.000 hektare. Saat ini, baru sekitar 70 persen dari lahan itu yang sudah dimanfaatkan untuk tambak produktif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015