Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Kutai Kartanegara menggiatkan edukasi kepada keluarga untuk menekan prevalensi stunting, meskipun kinerja penanganan stunting di kabupaten ini terbaik di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, Kabupaten Kutai Kartanegara berhasil menurunkan prevalensi stunting 9,5 persen dari 27,1 persen pada 2022 menjadi 17,6 persen pada 2023 dengan tingkat prevalensi stunting terendah di Kaltim yang rata-rata tercatat 22,9 persen.
"Meski angka stunting di Kutai Kartanegara paling rendah, tapi kita tidak boleh lengah, penanganan stunting harus terus digalakkan melalui berbagai pola, salah satunya melalui pendekatan keluarga," kata Penjabat Sementara (Pjs) Ketua TP PKK Kutai Kartanegara Eryariatin Bambang Arwanto di Tenggarong, Minggu.
Pada kinerja penanganan stunting se-Kaltim, selain Kutai Kartanegara di urutan pertama, posisi kedua adalah Kota Balikpapan dengan prevalensi stunting tercatat 21,6 persen, kemudian Kabupaten Kutai Barat sebesar 22 persen.
Berikutnya Kabupaten Paser dengan prevalensi 22,4 persen, Kabupaten Berau 23 persen, Kota Samarinda 24,4 persen, Kabupaten Penajam Paser Utara 24,6 persen, Kota Bontang 27,4 persen, dan Kabupaten Kutai Timur dengan prevalensi stunting 29 persen atau paling tinggi di Kaltim.
Eryariatin mengatakan setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat dan cerdas, namun hal ini disadari tidak mudah dicapai tanpa upaya dan pengasuhan yang benar sejak anak masih di dalam kandungan.
Pola pengasuhan dan pemantauan pertumbuhan serta perkembangan sangat diperlukan bagi anak, terutama dalam seribu hari pertama kehidupan, yakni mulai anak masih berbentuk janin dalam kandungan hingga anak usia dua tahun.
“Stunting masih menjadi PR kita bersama, tidak hanya di Kutai Kartanegara , stunting menjadi isu kesehatan nasional, yakni dengan target pemerintah menurunkan stunting menjadi 16 persen, masih perlu intervensi dari semua sektor, termasuk orang tua yang memiliki peran utama dalam pengasuhan anak di rumah,” katanya.
Sedangkan untuk menyemangati keluarga dalam penanganan stunting, pihaknya terus melakukan cara pendekatan antara lain melalui posyandu di masing-masing desa/kelurahan, kemudian pekan lalu digelar lomba balita sehat se- Kutai Kartanegara.
Ia bersyukur karena selama ini orang tua di Kutai Kartanegara mulai sadar tentang perhatian, pemantauan, pertumbuhan, dan perkembangan anak di rumah, sehingga melalui pola asuh yang benar ini bisa menjadikan anak yang sehat dan cerdas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, Kabupaten Kutai Kartanegara berhasil menurunkan prevalensi stunting 9,5 persen dari 27,1 persen pada 2022 menjadi 17,6 persen pada 2023 dengan tingkat prevalensi stunting terendah di Kaltim yang rata-rata tercatat 22,9 persen.
"Meski angka stunting di Kutai Kartanegara paling rendah, tapi kita tidak boleh lengah, penanganan stunting harus terus digalakkan melalui berbagai pola, salah satunya melalui pendekatan keluarga," kata Penjabat Sementara (Pjs) Ketua TP PKK Kutai Kartanegara Eryariatin Bambang Arwanto di Tenggarong, Minggu.
Pada kinerja penanganan stunting se-Kaltim, selain Kutai Kartanegara di urutan pertama, posisi kedua adalah Kota Balikpapan dengan prevalensi stunting tercatat 21,6 persen, kemudian Kabupaten Kutai Barat sebesar 22 persen.
Berikutnya Kabupaten Paser dengan prevalensi 22,4 persen, Kabupaten Berau 23 persen, Kota Samarinda 24,4 persen, Kabupaten Penajam Paser Utara 24,6 persen, Kota Bontang 27,4 persen, dan Kabupaten Kutai Timur dengan prevalensi stunting 29 persen atau paling tinggi di Kaltim.
Eryariatin mengatakan setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat dan cerdas, namun hal ini disadari tidak mudah dicapai tanpa upaya dan pengasuhan yang benar sejak anak masih di dalam kandungan.
Pola pengasuhan dan pemantauan pertumbuhan serta perkembangan sangat diperlukan bagi anak, terutama dalam seribu hari pertama kehidupan, yakni mulai anak masih berbentuk janin dalam kandungan hingga anak usia dua tahun.
“Stunting masih menjadi PR kita bersama, tidak hanya di Kutai Kartanegara , stunting menjadi isu kesehatan nasional, yakni dengan target pemerintah menurunkan stunting menjadi 16 persen, masih perlu intervensi dari semua sektor, termasuk orang tua yang memiliki peran utama dalam pengasuhan anak di rumah,” katanya.
Sedangkan untuk menyemangati keluarga dalam penanganan stunting, pihaknya terus melakukan cara pendekatan antara lain melalui posyandu di masing-masing desa/kelurahan, kemudian pekan lalu digelar lomba balita sehat se- Kutai Kartanegara.
Ia bersyukur karena selama ini orang tua di Kutai Kartanegara mulai sadar tentang perhatian, pemantauan, pertumbuhan, dan perkembangan anak di rumah, sehingga melalui pola asuh yang benar ini bisa menjadikan anak yang sehat dan cerdas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024