Pemimpin umat Katolik dunia yang juga Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak menjadikan kekayaan alam Indonesia, seperti emas, sebagai alasan untuk saling bertikai satu sama lain.

Kala menghadiri pertemuan dengan para tokoh antaragama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis, Paus Fransiskus menilai bahwa Indonesia merupakan salah satu tuan rumah dengan tambang emas terbesar di dunia.

"Tapi, ketahuilah bahwa harta yang paling berharga adalah kemauan agar perbedaan tidak menjadi alasan untuk bertikai, tapi diselaraskan dalam kerukunan dan rasa saling hormat," katanya.

Paus Fransiskus menekankan kepada seluruh umat untuk tidak menyia-nyiakan anugerah Tuhan tersebut dengan memiskinkan diri atas kekayaan yang diberikan oleh Tuhan kepada masyarakat Indonesia. Sebaliknya, kata dia, Indonesia harus mampu mengembangkan dan mewariskan kekayaan tersebut, terutama kepada kaum muda.

"Semoga tidak ada seorang pun yang terjerumus dengan pesona fundamentalisme dan kekerasan," ujar Paus Fransiskus.

"Semoga semua orang justru terpesona oleh impian bermasyarakat dan berkemanusiaan yang bebas, bersaudara, dan damai," lanjutnya.

Menurut Paus Fransiskus, Indonesia adalah negara yang besar, yang tercermin dengan berbagai mosaik budaya, suku bangsa, adat istiadat yang beragam, serta keanekaragaman ekosistem dan lingkungannya.

Ia juga mengapresiasi seluruh masyarakat yang menyambutnya pada kunjungannya kali ini dengan senyum yang ramah dan ikhlas, yang menurutnya merupakan tanda kecantikan dan keterbukaan batin masyarakat Indonesia.

"Semoga Allah lestarikan anugerah ini dengan pertolongan dan berkatnya. Maju terus, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu," tutur Paus Fransiskus

Untuk diketahui, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini merupakan ketiga kalinya setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.

Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke kawasan Asia-Pasifik selama 3-13 September 2024, untuk mengunjungi empat negara, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Perjalanan selama 11 hari itu akan menjadi lawatan paling lama Bapa Suci berusia 87 tahun tersebut sejak 11 tahun kepemimpinan atas Tahta Suci Vatikan.

 

Pewarta: Sean Filo Muhamad

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024