Pan Indo Hash, event lari lintas alam non kompetisi terbesar di Indonesia digelar 29-31 Agustus ini di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tak kurang dari 150 hasher (pelari lintas alam ala hash) dari Balikpapan dan Kalimantan Timur menjadi bagian dari 2.500 pelari hash dari seluruh Indonesia yang sudah terdaftar.

“Lari hash itu yang biasa dan rutin saja tiap minggu selalu menarik, apalagi yang besar dan spesial seperti Pan Indo Hash,” kata Ferry, hasher dari Balikpapan Hash House Harriers (BH3).

Di Kaltim dan Kaltara, klub-klub hash ada di Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, dan Tarakan. Tidak menamakan diri klub hash, tapi juga lari dengan cara sama seperti hash ada di Tanjung Redeb, Berau.

Di Indonesia, klub hash ada hampir di setiap kota besar mulai dari Medan, Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, juga sejumlah kota-kota kabupaten di Jawa seperti Malang, Kediri, Pekalongan. Di timur, hash punya banyak peminat di Bali, Lombok, Kupang, dan klub-klub hash dengan jumlah anggota ratusan ada di Makassar dan Manado.

Yang menarik dari lari lintas alam ala hash, antara lain, rutenya yang memang benar-benar di alam terbuka dan melintasi medan. Di klubnya masing-masing seperti BH3 itu, hasher bisa berlari mulai dari titik kumpul di parkiran hotel atau di cafe di pantai, lalu naik ke bukit-bukit menyusuri mulai jalan aspal, gang yang disemen, jalan tanah setapak, masuk rawa, menyusuri jejak di hutan dan tiba-tiba muncul di belakang rumah orang, masuk gang lagi, dan kembali ke jalan besar.

Tidak jarang hasher juga harus berenang atau masuk parit, meniti jembatan yang sudah rapuh, atau melintasi kebun singkong dan ladang jagung.

“Nah, apalagi seperti Pan Indo Hash itu,” timpal Iwan Mulja, juga hasher BH3 dan tinggal di Balikpapan Baru. Di acara khusus, lari hash bisa di medan yang lebih ekstrem. Bisa di medan dan rintangan alamnya, jarak tempuhnya, atau di keindahan pemandangannya.

Dan memang demikian janji panitia Pan Indo Hash Lombok, yang adalah gelaran ke-38 event yang diadakan setiap tahun itu, Menurut kontak dan juru bicara panitia Iwan Buffalo, peserta akan berlari sambil menyaksikan keindahan alam Lombok, mulai dari pemandangan Gunung Rinjani hingga pantai-pantai Lombok yang eksotis.

Para pelari Lombok Hash House Harriers di tempat mula lari. (ANTARA/HO-LHHH)

“Untuk tempat berkumpul kami pusatkan di Pantai Senggigi, di Merumatta Hotel, di mana hasher dapat registrasi ulang dan mengambil perlengkapan, juga suvenir,” kata Iwan. Dari Merumatta Hotel juga lari ikonik hash, red dress run, akan digelar pada hari pertama Kamis 29 Agustus.

Sesuai namanya, red dress run, atau lari dengan bergaun merah, para hasher diharuskan mengenakan gaun berwarna merah sebagai kostum larinya.

“Walaupun sekarang cukup atau juga bisa dengan kostum olahraga biasa, tidak harus gaun, tapi tetap harus berwarna merah,” terang Outhouse, hasher senior Balikpapan.

Yang lebih penting, sambut Iwan Buffalo, selain untuk lucu dan membuat tertawa, red dress run adalah lari untuk amal (charity), di mana sebelum lari para peserta menyumbang sejumlah uang dengan dikoordinatori panitia. Uang yang terkumpul akan diserahkan ke lembaga sosial atau sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam setiap event red dress run, bisa terkumpul dana puluhan hingga ratusan juta yang segera diumumkan panitia menjelang lari dimulai atau begitu para peserta berkumpul kembali di garis finish. 
 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024