Chief Technology Officer (CTO) Indodax William Susanto menyatakan Ethereum (ETH) mampu memfasilitasi inovasi baru di dunia keuangan seperti Decentralized Finance (DeFi) yang mengubah cara melakukan saving dan lending secara transparan tanpa campur tangan organisasi manapun.
“Ethereum, sebagai salah satu platform blockchain terbesar di dunia, telah mengalami perubahan signifikan setelah upgrade terbaru. Peningkatan ini mencerminkan komitmen Ethereum untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan dalam lanskap blockchain dan cryptocurrency (mata uang kritpo) yang dinamis,” katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin.
Menurut data dari CoinTelegraph, jaringan Layer-2 Ethereum mengurangi biaya transaksi hingga 15 kali lipat dibandingkan dengan Layer-1 Ethereum, yang berarti menjadi lebih efisien untuk digunakan dalam aplikasi DeFi, non-fungible token (NFT), dan game blockchain (permainan video yang memasukkan elemen teknologi rantai blok dengan basis kriptografi).
Berdasarkan laporan dari ConsenSys, Ethereum menunjukkan perkembangan dalam adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor. Salah satu contoh utamanya adalah peluncuran jaringan Layer-2 yang berfungsi sebagai solusi scaling untuk Ethereum.
Penggunaan Layer-2 dijadikan solusi memainkan peran penting dalam evolusi Ethereum yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi transaksi di blockchain, sehingga semakin banyak diadopsi oleh pengguna maupun pengembang.
Misalnya, lanjut ia, DeFi di Ethereum menciptakan sistem keuangan terdesentralisasi dengan menggantikan atau melengkapi layanan keuangan tradisional seperti pinjaman, asuransi, perdagangan, dan simpanan menggunakan teknologi blockchain dan smart contracts (suatu protokol komputer yang memfasilitasi kontrak atau perjanjian antara satu pihak dengan pihak lainnya tanpa melalui pihak ketiga).
Selain itu, Ethereum juga dikenal memiliki kemampuan mendukung smart contracts dan aplikasi terdesentralisasi (DApps). Hal ini yang membedakan Ethereum dari blockchain lain seperti Bitcoin karena lebih fokus pada transaksi mata uang digital.
“Visinya ETH itu salah satunya adalah fokus ke DApps, artikulasi DApss sendiri lagi di-push bersama-sama untuk terus dikembangkan, sementara untuk jaringan sudah cepat dan murah,” ujar Pendiri Komunitas Web3 Parallaz Mario.
Lebih lanjut, sifat desentralisasi dari Ethereum dinilai membuat pembangunan aplikasi di mata uang digital tersebut menjadi tanpa batas. Artinya, pengembang dapat memanfaatkan teknologi Web3 untuk menargetkan pasar global yang memiliki potensi lebih besar.
Exchange-Traded Fund (ETF) Ethereum diperkirakan akan mengalami kenaikan berkat dorongan likuiditas baru yang terus masuk, terutama dari pasar Amerika Serikat. Hal ini bakal memudahkan akses ke Ethereum dan mendukung stabilitas harga yang menjadi berita baik bagi investor dan pengembangan di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024