Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Dicky Wainal Usman menegaskan jajarannya mewaspadai kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) agar tidak berkembang ke Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Di ketiga teritorial Kodam VI/Mulawarman itu, deteksi dini dilakukan dengan memaksimalkan peranan bintara pembina desa (babinsa), kata Panglima di Balikpapan, Selasa.

Peranan itu dikuatkan lagi oleh para komandan distrik militer di tingkat kabupaten dan kota.

Menurut Panglima, kewaspadaan ditingkatkan di ketiga provinsi tersebut antara lain karena ditemukan selebaran ajakan bergabung dengan ISIS.

"Kami tingkatkan kewaspadaan, terutama di daerah perbatasan," ujar Dicky.

Bila harus melakukan tindakan pengamanan, TNI akan melakukan penangkapan dan menyerahkan tersangka kepada kepolisian.

"Tidak ada kompromi. Tangkap, dan serahkan polisi," tegas Panglima.

Untuk pelaksanaan deteksi dini, Kodam VI Mulawarman juga melakukan sejumlah koordinasi dan penetrasi intelijen. Seluruhnya untuk mengendus dan memonitor aktivitas ISIS.

"Saat ini semuanya masih kami data," kata Asisten Intelijen Kodam VI/Mulawarman Kolonel Tri Setyo.

Pada bagian lain, Panglima menyebutkan bahwa sisi timur Kalimantan sangat mungkin menjadi jalur masuk dan keluar teroris. Dari perbatasan utara Kalimantan Utara orang dapat terus menyeberang ke Filipina Selatan, tempat gerilyawan Moro, para pemberontak yang melawan pemerintahan Manila.

Gerilyawan Moro dikenal biasa memberi berbagai pelatihan tempur dan dulu dikenal dekat dengan Moammar Khadafi, mendiang presiden Libya yang radikal.

Balikpapan dan pesisir Kutai Kartanegara juga pernah menjadi tempat persembunyian teroris. Kakak mendiang Amrozi, pelaku peledakan Bom Bali I, Ali Imron, bersembunyi di Balikpapan dan di hutan-hutan mangrove Muara Jawa.    (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014