BUNYI gamelan mengalun lembut mengiringi tari-tarian Keraton, sementara empat pria sambil mengenakan hiasan kepala berwarna hitam, kuning dan merah memegang gada di tangan kanan tampak menari mengitari Tiang Ayu menjadi gambaran kemeriahan Bepelas malam keempat, pada Rabu (18/7).
Dua dari empat penari tersebut adalah Politisi Nasional DR Muhammad Aziz Syamsuddin dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kutai Kartanegara, Assobirin yang didaulat untuk menari Ganjur atau Beganjur bersama kerabat Kesultanan Kutai.
Tarian Beganjur ini merupakan salah satu rangkaian dalam upacara adat Bepelas yang dilakukan tiap malam di Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura selama berlangsungnya Erau, yang bermakna meronda atau menjaga Tiang Ayu.
Meski tak biasa menari dan tampak kaku, Aziz dan Assobirin tetap berusaha mengikuti dua penari lainnya menarikan tarian sakral Keraton Kesultanan Kutai yang dibawakan secara perlahan itu.
Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari dan beberapa undangan lainnya tampak tersenyum melihat cara menari Aziz dan Assobirin tersebut.
Setelah tarian Ganjur usai, tiba pada puncak acara Bepelas oleh Sultan Salehoeddin II, karena usia dan fisik yang tidak memungkinkan, maka Bepelas diwakilkan kepada Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Surja Adiningrat. Bepelas tersebut diwarnai dengan empat kali ledakan. Usai Bepelas, Sultan pun mengajak tamu dan undangan ke ruang tengah untuk makan bersama, termasuk tim kesenian dari Kroasia dan Korea Selatan yang juga hadir pada Bepelas ke IV tersebut.
Usai makan bersama, secara spesial tim kesenian Kroasia memberikan penghormatan kepada Sultan dan Rita Widyasari dengan bernyanyi lagu tradisional mereka.
Kemudian, pada lagu ke-3 tim kesenian Kroasia secara fasih membawakan lagu asal Kalimantan Selatan berjudul Ampar-ampar Pisang dengan gaya mereka sendiri dan hal itu membuat Sultan serta Rita Widyasari dan semua orang di ruang makan Keraton tersebut bertepuk tangan.
Setelah itu, para tamu dan undangan diminta kembali ke ruang Setinggil untuk menyaksikan tari-tarian. Kali ini tarian dibawakan oleh para wanita kerabat Kesultanan dan delegasi kesenian Kroasia dan Korea Selatan juga didaulat untuk menari.
Setelah itu semua undangan dan kerabat keraton laki-laki menari bersama penuh kegembiraan mengelilingi Tiang Ayu. Tarian tersebut merupakan tarian yang mengakhiri Bepelas.
Bepelas merupakan prosesi sakral yang dilakukan tiap malam berturut-turut selama Erau di Keraton atau Museum Mulawarman Tenggarong.
Menurut Koordinator Sakral Keraton Kutai Kartanegara Awang Demang Natakrama Bepelas bermakna untuk mendoakan raga dan sukma Sultan HAM Salehoeddin II dari ujung rambut sampai ujung kaki.
â€Sehingga dengan mendoakan raga dan sukma tersebut semakin memberikan kekuatan kepada Sultan dalam memimpin,†ujarnya saat ditemui usai acara itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014