Ikatan Keluarga Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Kalimantan Timur menggelar seminar membedah tentang transisi energi sebagai upaya Benua Etam terjaga dari ketahanan energi sekaligus mewujudkan ekonomi hijau. 
 
“Kebijakan nasional dan global mengarah pada energi berkelanjutan sehingga transisi energi mendesak dilakukan termasuk untuk Kalimantan Timur,” kata Ketua IKA UB Kaltim Myrna Safitri melalui siaran pers yang diterima di Samarinda, Senin.
 
Seminar yang bertajuk “Kaltim menyambut transisi energi” menghadirkan sejumlah narasumber dari pemerintah, akademisi, dan praktisi yang berbagi pandangan dan pengalaman terkait isu energi baru dan terbarukan (EBT) di Kalimantan Timur.
 
Myrna yang juga Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Negara (IKN), mengatakan perekonomian Kalimantan Timur masih bertumpu pada sektor energi, terutama minyak dan gas bumi (migas) serta tambang batu bara.
 
Menurut Myrna, alumni UB banyak berkiprah dalam berbagai industri di sektor energi sehingga tema transisi energi dipilih sebagai topik seminar untuk menunjukkan kontribusi alumni dalam pembangunan daerah.
 
Salah satu pembicara adalah Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fadjroel Rachman, yang membagikan informasi perihal upaya pemerintah Kazakhstan melakukan transisi energi.
 
Fadjroel menuturkan, Kazakhstan dikenal sebagai negara penghasil minyak yang kini mulai mengembangkan EBT, terutama tenaga surya dan angin, untuk mencapai target 50 persen bauran energi bersih pada tahun 2050.
 
“Kazakhstan memiliki potensi besar untuk EBT karena memiliki lahan luas dan cuaca yang mendukung. Mereka juga memiliki komitmen politik yang kuat untuk transisi energi,” katanya.

 Fadjroel mengatakan Kazakhstan masuk dalam 10 besar negara pengekspor minyak terbesar dunia.Kemudian 50 persen uranium dunia berasal dari Kazakhstan. Uranium  diketahui adalah salah satu bahan dasar nuklir.
 
"Di Kazakhstan, pemerintah akan melakukan referendum untuk mengetahui pendapat rakyat terhadap rencana penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik," katanya 
 
Sementara Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya memaparkan, di Indonesia khusus untuk ketenagalistrikan, nuklir akan mulai dikembangkan pada tahun 2039. Demikian tertera dalam Peta Jalan Transisi Energi menuju Net Zero Emission. 
 
“Kami sudah menyiapkan skenario untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Salah satu opsi yang kami pertimbangkan adalah menggunakan nuklir sebagai sumber energi primer,” ujar Chrisnawan.
 
Kepala BRIDA Kaltim, Fitriansyah menyampaikan tingginya biaya investasi untuk pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga air adalah salah satu kendala yang dihadapi Kaltim dalam pengembangan transisi energi. 
 
"Saya tidak menampik bahwa nuklir dapat menjadi alternatif. Namun perlu kajian yang mendalam,” kata Fitriansyah.
 
Menanggapi hal ini, Haris Retno Susmiyati, dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman menyampaikan bahwa kerangka kebijakannya harus jelas dan masyarakat perlu mendapatkan informasi yang utuh.
 
Para pembicara seminar bertajuk Kaltim menyongsong transisi energi. (Antaranews Kaltim/HO/IKA UB Kaltim)
 
“Masyarakat harus diberi pengetahuan tentang apa itu nuklir, apa manfaat dan risikonya, bagaimana cara mengelolanya dengan baik dan aman. Jangan sampai ada kesan bahwa nuklir itu hanya milik pemerintah atau elit tertentu,” tutur Haris.
 
Pada seminar tersebut, hadir 50 alumni yang menjadi pengurus IKA UB di Kaltim. Sebagai penasehat dari IKA UB Kaltim adalah Hari Setiyono, Kajati Kaltim yang juga alumni Fakultas Hukum UB. Pelantikan dilakukan Ketua Umum Pengurus Pusat IKA UB Mohamad Zainal Fatah yang sehari-harinya adalah Sekjen Kementerian PUPR.
 
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP IKA UB Zainal Fatah menyampaikan bahwa Kaltim adalah provinsi yang tidak bisa ditinggalkan dalam pembangunan nasional. 
 
"Topik seminar ini juga penting, hal ini menunjukkan sebagai alumni kita terus ingin berkontribusi lebih baik," ungkap Zainal.
 
 

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023