Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pasokan cabai ke Kaltim melalui pintu gerbang Samarinda mencapai rata-rata 50 ton per minggu, baik yang didatangkan dari pulau Jawa, Sulawesi maupun dari Kalimantan Selatan.

"Dalam survei yang saya lakukan pada 2013, cabai yang masuk ke sejumlah pasar di Samarinda melalui pedagang besar, tiap minggu pada kisaran 40 ton hingga 60 ton," ujar Hasyim Hamami, petani cabai asal Kutai Kartanegara saat diskusi ketahanan pangan di Bank Indonesia Perwakilan Kaltim di Samarinda, Kamis.

Setelah cabai ditangan pedagang, kata dia, cabai tersebut kemudian bukan hanya disebar untuk sejumlah pasar di Samarinda, tetapi juga banyak yang dibawa ke kabupaten dan kota lain di Kaltim, seperti Balikpapan, Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, dan lainnya.

Terkait dengan kebutuhan cabai yang sangat tinggi bagi warga Kaltim tersebut, maka dia mengajak teman-temannya sesama petani agar tidak ragu menanam cabai, karena pangsa pasarnya sangat tinggi.

Namun demikian, dia menyarankan kepada petani agar tidak sembarang menanam cabai, tetapi harus melihat siklus dan tingkat kebutuhan cabai di saat-saat tertentu, karena tidak setiap saat harga cabai melonjak tinggi, tetapi ada kalanya harganya anjlok, yakni ketika barang tersebut stoknya terlalu banyak.

Berdasarkan pantauan, melambungnya harga cabai selama ini terjadi di bulan November dan Desember, dan saat bulan Ramadhan, sehingga waktu yang tepat untuk menanam cabai adalah tiga bulan sebelum bulan tersebut.

Dia mengatakan bahwa harga cabai akan meningkat ketika musim angin kencang yang menyebabkan gelombang besar.

Hal ini sangat berkaitan dengan stok cabai yang di Kaltim karena sebagain besar cabai yang dikonsumsi warga Kaltim didatangkan dari Jawa dan Sulawesi yang menggunakan kapal laut.

Di saat gelombang laut tinggi dan kapal tidak bisa berlayar, maka stok cabai di Kaltim akan berkurang sehingga akan menyebabkan harga naik tinggi, bahkan untuk mencukupi kebutuhan cabai, pedagang terkadang harus membawa cabai dengan pesawat terbang.

"Inilah yang menyebabkan harga cabai menjadi melambung karena harus dikirim melalui pesawat yang biaya pengirimannya tentu lebih besar ketimbang kapal laut, di saat itulah petani Kaltim harus pandai membaca kapan harus menanam cabai agar keuntungannya lebih besar," kata Hasyim.

Hasyim sengaja diundang oleh Bank Indonesia Kaltim untuk menjadi pembicara dalam forum tersebut karena dia merupakan petani yang berhasil. Selama ini Hasyim bukan hanya bertani cabai, tetapi berbagai jenis sayur, palawija, bahkan dia sudah merambah ke perkebunan.   (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014