Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Setelah menunggu selama 18 jam, Tim Ekspedisi Indonesia 4X4 ke Perbatasan akhirnya berhasil menyeberangi sisi timur Sungai Mentarang di Rivan Melasu, Mentarang Hulu, Malinau, Kalimantan Utara.
Pada Rabu (6/11) sore, satu per satu mobil menyeberang melewati jembatan kayu-kayu bulat yang disusun berjajar, melintasi Sungai Mentarang yang deras dan baru meluap setelah hujan sepanjang sore hingga malam di hulunya.
Greeffion Kamil memimpin penyeberangan yang mendebarkan itu. Dari sisi barat sungai, mobil terlebih dahulu harus turun hingga ke tapak pondasi bekas jembatan logging untuk sampai di ujung jembatan.
Beberapa mobil perlu menggunakan winch (derek) untuk menaikkan roda depannya ke atas jembatan log sebelum bergulir pelan ke seberang.
"Meleset dikit, panik injak gas, habis kita," kata Bujang Martihar, peserta Ekspedisi dari Kalimantan Barat yang mengemudikan EB 10, sebuah Suzuki Vitara.
Pemimpin Perjalanan Syamsu Setiabudi dengan EB 01 Land Rover Defender menjadi yang pertama menyeberang pada pukul 16.50. Langit di barat mulai membayang merah ketika Reza Kamal, EB07 Toyota Land Cruiser HJ 47 meniti log untuk sampai ke seberang.
"Alhamdulillah, semua selamat dan tim terus jalan hingga bermalam di Jempulon," tutur Fion, panggilan akrab Greffion Kamil.
Sehari sebelum menyeberang Sungai Mentarang, tim turun dari Semamu, sebuarh desa orang Lundayeh 120 km barat Malinau untuk kembali ke ibukota Kabupaten Konservasi di Provinsi Kalimantan Utara tersebut.
Ada jarak 25 km antara Semamu ke jembatan tersebut melewati jalan di pinggir gunung penuh tanjakan terjal dan turunan curam.
Dari hasil evaluasi saat baru tiba di Jembatan Melasu, diputuskan yang paling aman adalah menunggu hingga air surut. Tim Ekspedisi pun bermalam di jalan di tepi sungai. Rencana awal, tim akan menyeberang pada pukul 07.00 Wita.
Namun demikian, hujan deras yang kembali turun sejak tengah hingga menjelang pagi kembali membuat air sungai naik. Tim kembali menunggu hingga selesai waktu makan siang.
"Kami dibantu teman-teman yang mengerjakan proyek jalan Malinau-Long Bawan. Dengan alat berat mereka menyusunkan kembali batang-batang log agar bisa dilalui mobil dengan aman," sambung Fionk.
Berbeda dengan di Melasu, di Jempulon mobil bisa menyeberang sungai begitu saja. Kedalaman sungai hanya setengah roda mobil dan arusnya tak terlampau deras. Namun demikian, apabila banjir, sungai menjadi berbahaya dan sangat berisiko bila dipaksakan menyeberang.
"Kemarin, setelah bapak-ibu ini lewat, ada satu mobil terjebak di tengah sungai karena memaksa menyeberang saat banjir," kata Hendy, warga Semamu yang akan kembali ke kampungnya dengan mengendarai sepeda motor trail.
Semamu menjadi titik balik perjalanan Tim Ekspedisi Indonesia 4X4. Tim memutuskan kembali ke Malinau karena tidak lagi punya cukup waktu dan logistik untuk sampai Long Bawan, target awal perjalanan.
Sejak memulai perjalanan pada 26 Oktober, tim telah menjelajah hingga Pos Gabungan Tentara Nasional Indonesia-Tentera Diraja Malaysia di Simenggaris, Nunukan, Kalimantan Utara. Tim juga menyumbangkan sejumlah keperluan logistik dan perlangkapan bagi prajurit TNI di beberapa pos lain.
"Kami juga menggelar bakti sosial berupa pengobatan dan membagikan alat-alat tulis bagi anak-anak sekolah," tambah dr Silverius Purba, dokter tim.
Bakti sosial pengobatan itu digelar di Desa Tabur Lestari di Simenggaris dan di Semamu, Malinau. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Pada Rabu (6/11) sore, satu per satu mobil menyeberang melewati jembatan kayu-kayu bulat yang disusun berjajar, melintasi Sungai Mentarang yang deras dan baru meluap setelah hujan sepanjang sore hingga malam di hulunya.
Greeffion Kamil memimpin penyeberangan yang mendebarkan itu. Dari sisi barat sungai, mobil terlebih dahulu harus turun hingga ke tapak pondasi bekas jembatan logging untuk sampai di ujung jembatan.
Beberapa mobil perlu menggunakan winch (derek) untuk menaikkan roda depannya ke atas jembatan log sebelum bergulir pelan ke seberang.
"Meleset dikit, panik injak gas, habis kita," kata Bujang Martihar, peserta Ekspedisi dari Kalimantan Barat yang mengemudikan EB 10, sebuah Suzuki Vitara.
Pemimpin Perjalanan Syamsu Setiabudi dengan EB 01 Land Rover Defender menjadi yang pertama menyeberang pada pukul 16.50. Langit di barat mulai membayang merah ketika Reza Kamal, EB07 Toyota Land Cruiser HJ 47 meniti log untuk sampai ke seberang.
"Alhamdulillah, semua selamat dan tim terus jalan hingga bermalam di Jempulon," tutur Fion, panggilan akrab Greffion Kamil.
Sehari sebelum menyeberang Sungai Mentarang, tim turun dari Semamu, sebuarh desa orang Lundayeh 120 km barat Malinau untuk kembali ke ibukota Kabupaten Konservasi di Provinsi Kalimantan Utara tersebut.
Ada jarak 25 km antara Semamu ke jembatan tersebut melewati jalan di pinggir gunung penuh tanjakan terjal dan turunan curam.
Dari hasil evaluasi saat baru tiba di Jembatan Melasu, diputuskan yang paling aman adalah menunggu hingga air surut. Tim Ekspedisi pun bermalam di jalan di tepi sungai. Rencana awal, tim akan menyeberang pada pukul 07.00 Wita.
Namun demikian, hujan deras yang kembali turun sejak tengah hingga menjelang pagi kembali membuat air sungai naik. Tim kembali menunggu hingga selesai waktu makan siang.
"Kami dibantu teman-teman yang mengerjakan proyek jalan Malinau-Long Bawan. Dengan alat berat mereka menyusunkan kembali batang-batang log agar bisa dilalui mobil dengan aman," sambung Fionk.
Berbeda dengan di Melasu, di Jempulon mobil bisa menyeberang sungai begitu saja. Kedalaman sungai hanya setengah roda mobil dan arusnya tak terlampau deras. Namun demikian, apabila banjir, sungai menjadi berbahaya dan sangat berisiko bila dipaksakan menyeberang.
"Kemarin, setelah bapak-ibu ini lewat, ada satu mobil terjebak di tengah sungai karena memaksa menyeberang saat banjir," kata Hendy, warga Semamu yang akan kembali ke kampungnya dengan mengendarai sepeda motor trail.
Semamu menjadi titik balik perjalanan Tim Ekspedisi Indonesia 4X4. Tim memutuskan kembali ke Malinau karena tidak lagi punya cukup waktu dan logistik untuk sampai Long Bawan, target awal perjalanan.
Sejak memulai perjalanan pada 26 Oktober, tim telah menjelajah hingga Pos Gabungan Tentara Nasional Indonesia-Tentera Diraja Malaysia di Simenggaris, Nunukan, Kalimantan Utara. Tim juga menyumbangkan sejumlah keperluan logistik dan perlangkapan bagi prajurit TNI di beberapa pos lain.
"Kami juga menggelar bakti sosial berupa pengobatan dan membagikan alat-alat tulis bagi anak-anak sekolah," tambah dr Silverius Purba, dokter tim.
Bakti sosial pengobatan itu digelar di Desa Tabur Lestari di Simenggaris dan di Semamu, Malinau. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013