Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur mengajak para penyuluh pertanian memanfaatkan teknologi digital dalam pendampingan kepada petani guna meningkatkan produksi pertanian di daerah itu.
"Sekarang sudah ada aplikasi jual sayur online (daring). Jadi tantangan penyuluh sekarang, petani lebih pintar. Buka Youtube jadi panduan. Kalau penyuluh tidak 'upgrade' (memperbarui diri dengan pemanfaatan teknologi digital, red.), petani tidak akan percaya,” kata Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal di Samarinda, Senin (29/8).
Ia menjelaskan tentang pentingnya pengembangan kreativitas penyuluh pertanian dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pendampingan petani dan peningkatan produksi pertanian.
Ia mengharapkan penyuluh pertanian membangun pola pikir lebih maju dengan mengikuti kemajuan zaman melalui perkembangan teknologi digital.
Saat ini, ujar dia, transformasi digital telah menyasar seluruh sektor riil, salah satunya pertanian, sehingga sumber daya manusia (SDM) pertanian dituntut mampu memanfaatkan peluang kemajuan era digitalisasi.
"'Digital mindset' (pola pikir digital) bukan hanya berarti bisa menggunakan gadget saja. Tetapi bagaimana kita mampu memanfaatkan digitalisasi dalam setiap proses pengambilan kebijakan,” katanya saat menjadi narasumber kegiatan "Pelatihan Multimedia Tingkat Lanjutan Bagi Aparatur atau Penyuluh Pertanian".
Pelatihan tersebut dilaksanakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kaltim di Samarinda diikuti 30 penyuluh pertanian berasal dari kabupaten dan kota di provinsi itu.
Faisal menilai jika pola pikir digital sudah terbangun maka penyampaian informasi dan proses penyuluhan pertanian tersampaikan secara lebih efisien dan masif, di mana luarannya berupa pengembangan produksi pertanian yang lebih baik.
“Apalagi perkembangan media sosial saat ini sudah pesat. Multimedia juga luas, bisa untuk banyak hal. Bukan hanya kepentingan buat 'power point' saja,” ujar mantan Kadis Perindustrian Kota Samarinda ini.
Ia menyebut empat faktor yang membentuk pola pikir digital, yakni pola pikir pertumbuhan, kolaborasi, kegesitan pembelajaran, dan kepribadian.
“Pola pikir pertumbuhan ini artinya selalu bertumbuh. Belajar dan terus belajar karena digitalisasi ini tidak akan habis,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa pandemi COVID-19 secara tidak langsung mempercepat proses transformasi digital di segala lini.
"Ini adalah hikmah besar yang tidak boleh ditinggalkan. Sektor pertanian pun tak luput dari dampak digitalisasi. Terbukti dengan munculnya 'start up' (bisnis rintisan) yang bergerak di bidang pertanian," ujar dia.(Adv/Diskominfo Kaltim)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Sekarang sudah ada aplikasi jual sayur online (daring). Jadi tantangan penyuluh sekarang, petani lebih pintar. Buka Youtube jadi panduan. Kalau penyuluh tidak 'upgrade' (memperbarui diri dengan pemanfaatan teknologi digital, red.), petani tidak akan percaya,” kata Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal di Samarinda, Senin (29/8).
Ia menjelaskan tentang pentingnya pengembangan kreativitas penyuluh pertanian dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pendampingan petani dan peningkatan produksi pertanian.
Ia mengharapkan penyuluh pertanian membangun pola pikir lebih maju dengan mengikuti kemajuan zaman melalui perkembangan teknologi digital.
Saat ini, ujar dia, transformasi digital telah menyasar seluruh sektor riil, salah satunya pertanian, sehingga sumber daya manusia (SDM) pertanian dituntut mampu memanfaatkan peluang kemajuan era digitalisasi.
"'Digital mindset' (pola pikir digital) bukan hanya berarti bisa menggunakan gadget saja. Tetapi bagaimana kita mampu memanfaatkan digitalisasi dalam setiap proses pengambilan kebijakan,” katanya saat menjadi narasumber kegiatan "Pelatihan Multimedia Tingkat Lanjutan Bagi Aparatur atau Penyuluh Pertanian".
Pelatihan tersebut dilaksanakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kaltim di Samarinda diikuti 30 penyuluh pertanian berasal dari kabupaten dan kota di provinsi itu.
Faisal menilai jika pola pikir digital sudah terbangun maka penyampaian informasi dan proses penyuluhan pertanian tersampaikan secara lebih efisien dan masif, di mana luarannya berupa pengembangan produksi pertanian yang lebih baik.
“Apalagi perkembangan media sosial saat ini sudah pesat. Multimedia juga luas, bisa untuk banyak hal. Bukan hanya kepentingan buat 'power point' saja,” ujar mantan Kadis Perindustrian Kota Samarinda ini.
Ia menyebut empat faktor yang membentuk pola pikir digital, yakni pola pikir pertumbuhan, kolaborasi, kegesitan pembelajaran, dan kepribadian.
“Pola pikir pertumbuhan ini artinya selalu bertumbuh. Belajar dan terus belajar karena digitalisasi ini tidak akan habis,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa pandemi COVID-19 secara tidak langsung mempercepat proses transformasi digital di segala lini.
"Ini adalah hikmah besar yang tidak boleh ditinggalkan. Sektor pertanian pun tak luput dari dampak digitalisasi. Terbukti dengan munculnya 'start up' (bisnis rintisan) yang bergerak di bidang pertanian," ujar dia.(Adv/Diskominfo Kaltim)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022